Siang yang cukup menyengat menyelimuti Klaten. Hari itu, Jumat (06/09), bersama 3 orang kawan dari Sanggar Lare Mentes, saya diajak blusukan ke sawah. Dengan naik motor roda tiga yang ada bak dibelakangnya, dan bersenjatakan sabit. Kami berempat pun blusukan menyusuri area persawahan yang ada di sekitar Desa Towangsan untuk berburu jerami. Jerami yang nantinya akan digunakan untuk membuat "Memedi Sawah" atau orang-orangan sawah dalam pameran ulang tahun Sanggar Lare Mentes. [caption id="attachment_287378" align="alignleft" width="300" caption="Memedi sawah simbol merawat ingatan desa"]
Kini, memedi sawah sudah jarang digunakan petani untuk mengusir hama burung. Para petani lebih tergantung dengan pestisida. Memedi sawah yang berbahan dasar jerami (dami) sebatas untuk mengusir hama. Jauh sebelum dunia mengenal pertanian yang modern seperti sekarang, konon para petani Mesir kuno di tepi sungai Nil, membentangkan tali yang diikatkan pada sepokok kayu untuk mengusir burung-burung yang ada di ladang gandum mereka.
Sedikit informasi, Sanggar Lare Mentes merupakan tempat pendidikan alternatif bagi anak-anak dipedesaan yang di rintis Sanggar Anak Akar Jakarta. Berada di sebuah desa kecil yang terletak 7 kilometer dari pusat kota, tepatnyadi Desa Towangsan, Kecamatan Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah. Tak mudah menemukan Sanggar yang berdiri sejak tahun 2006 ini, karena tidak ada penunjuk arah maupun papan nama untuk mengenalinya.
Menurut Ari, salah seorang anak Lare Mentes, mengungkapkan bahwa pameran memedi sawah bertujuan untuk menghadirkan dan merawat kembali ingatan masyarakat terhadap sejarah desa.