Mohon tunggu...
bionica shafira
bionica shafira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta

follow your dream!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Drama Korea "It's Okay To Not Be Okay" Ajarkan Cara Memahami Perasaan Manusia dan Autisme

18 Desember 2020   08:35 Diperbarui: 18 Desember 2020   08:37 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Siapa yang tak mengenal drama korea? Pastinya kita tidak asing dengan itu, khususnya para anak muda generasi kini. Saat menonton drama korea, seringkali kita memperhatikan para pemain yang menyegarkan mata dengan paras serta akting mereka yang sempurna. Namun apakah kita menyadari bahwa kerap kali dialog yang diucapkan oleh para pemain drama korea pun dapat menggugah hati dan perasaan kita lewat analogi yang indah sehingga sukses membuat kita termenung? 

Dilengkapi dengan backsound serta suasana yang mendukung, kita bahkan bisa sampai larut ke dalam alur cerita dan membuat kita memahami karakter tokoh. Drama korea tak hanya berisi akting atau jalan cerita yang sempurna saja, tidak pula menarik penonton hanya lewat paras serta kepopuleran para pemainnya, tetapi juga menambah wawasan kita tentang suatu hal serta mengajarkan kita arti dari berbagai kejadian yang kita alami di kehidupan nyata dengan cara yang unik sekaligus menyentuh.

Salah satu drama yang terkenal dengan cerita yang menyentuh adalah drama yang dibintangi oleh Kim Soo Hyun, Seo Yeji, Oh Jung Se, Park Gyu Young, Kang Ki Doong dan beberapa pemain lainnya yang berjudul It's Okay to Not be Okay. 

Drama ini dianggap memiliki jalan cerita yang sangat mengharukan, dimana para pemeran utama yang berpura-pura kuat dihadapan orang lain walaupun kenyataannya, hati mereka sangat lemah. Namun ada alasan yang membuat mengapa mereka seperti itu. Sang pemeran utama wanita yang mengalami permasalahan keluarga akibat sikap ibunya yang sangat protektif kepada dirinya hingga membuat ayahnya terkena gangguan jiwa. Sedangkan sang pemeran utama pria yang terus mengingat kematian ibunya dan harus mengurus kakaknya yang mengidap autisme. 

Drama ini mengajarkan bahwa tidak apa-apa kita lemah, karena sesungguhnya, orang kuat pun awalnya adalah orang yang lemah, bahwa tidak apa-apa kita tidak baik baik saja karena suatu saat kita dapat melewati semuanya dengan menerima kelemahan kita. 

Berbagai pesan moral yang dapat kita ambil dari drama ini adalah kita harus mencintai diri kita sendiri, tidak hanya kekurangan namun kelebihan pula, kita harus berani menghadapi masa lalu kita dan bukan stuck disana atau malah menghindarinya. Selain itu, kita pun dapat lebih memahami perasan orang lain yang mungkin memiliki masalah besar yang menyebabkan munculnya sifat asli mereka yang digambarkan oleh karakter para tokoh. 

Lewat tokoh Moon Sang Tae yang merupakan kakak dari Moon Gang Tae sang pemeran utama pria, Kita dapat pula secara tidak langsung memahami pengidap autisme yang tak biasa di kalangan masyarakat. Pada beberapa adegan Moon Sang Tae yang dianggap mengandung 'bawang', terdapat berbagai makna tersirat yang mengatakan jika mereka para pengidap autisme tidaklah berbeda dari kita. 

Mereka bukannya tidak dapat berfikir atau gila, tetapi hanya memiliki kekurangan pada otak mereka yang membuat mereka bertingkah luar biasa. Mereka tidak seharusnya dipandang rendah dan diacuhkan, mereka pun memiliki perasaan seperti manusia pada umumnya. Hanya saja, mereka memiliki cara dalam memahami perasaan serta kehidupan dengan cara mereka sendiri. Entah lewat fantasi atau hal-hal sederhana di sekitar mereka. 

Salah satu adegan yang dapat membuat kita banjir air mata adalah ketika Moon Sang Tae mengetahui bahwa adik kesayangannya bermain semalaman dengan Go Moon Young sang pemeran utama wanita di sebuah tempat dan mengamuk karena takut jika ia akan ditinggalkan karena adiknya telah memiliki seseorang yang baru dalam hidupnya. 

Hal tersebut pun memberi tahu kita bahwa pengidap autisme sangat menyayangi keluarga mereka meskipun kadang mereka terkesan egois karena tidak mengizinkan orang tersebut jauh dari mereka. Kepekaan mereka pun lebih tajam. 

Perasaan mereka bahkan lebih sensitif. Seringkali mereka memang berlebihan dalam menanggapi suatu hal. Jika tidak mendapatkan hal yang mereka mau, mereka akan mengamuk dan jika ketakutan, mereka akan berteriak serta bersikap seolah tidak akan ada yang dapat menenangkannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun