Mohon tunggu...
Sifaul karimah
Sifaul karimah Mohon Tunggu... Lainnya - selamanya tetap santri
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ciptakanlah Karya Dan Perbanyaklah Wawasan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bakat dan Minat AUD

16 Desember 2020   10:36 Diperbarui: 16 Desember 2020   10:38 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bakat anak usia dini di masa seperti ini perlu diperhatikan dan dikembangkan sering kali orang tua tidak memperhatikan bahkan mengabaikan. Tugas orang tua adalah mendidik dan membuat seorang anak bisa berkembang dengan bakatnya. Seperti contoh sepasang suami istri yang bisa mendidik anaknya menghafal alquran dari kecil. 

Bahkan mereka sebenarnya bukan orang yang hafal alquran, berawal dari mereka yang berusaha menghafal satu halaman perhari kemudian berlanjut saling menyimak satu sama lain setiap pulang dari kerja. Lambat laun satu juz, dua juz pun terlampaui walau sulit mereka tidak menyerah karena mereka mempunyai satu tujuan yaitu menjadi keluarga yang mencintai alquran.

Ketika sang ibu hamil sang ibu sudah hampir menyelesaikan hafalanya dan tepat ketika menghafalkan surat yang terakhir yaitu surah an nas ia melahirkan anaknya. Dari situlah ketika sang bayi berkembang  hari-harinya dihiasi dengan menghafal alquran. Ternyata sang bayi itu ketika menjadi anak seusia lima tahun memiliki bakat dalam qiroati alquran dengan suara yang merdu maka dari situlah orang tuannya terus mengembangkan bakatnya melalui seorang guru.

Setiap bakat dan minat anak dilihat dari usia dini seperti ia suka menyanyi, melukis, menggambar dan lain-lain. Tapi terkadang orang tua kurang memperhatikan hanya Karena anaknya bodoh di sekolah. Sepasang orang tua pun terkadang egois dan hanya memandang sisi negative dari anaknya padahal mereka tak menyadari bahwa hal itu akan membuat seorang anak tumbuh menjadi pribadi yang introvert dan kurang berkembang bahkan tertekan.

Seperti sebuah kisah seorang anak yang tidak bisa membaca dan menulis bahkan ketika ia melihat huruf atau angka maka huruf dan angka tersebut akan menari-nari. Ketika ia beranjak ke tingkat pendidikan sekolah dasar ia terus menerus di ejek oleh teman-temanya dan di benci gurunya.  

Ia sampai tidak naik kelas dalam kurun waktu dua tahun, ketika itu ia tumbuh menjadi anak yang hilang harapan, frustasi dan nakal. Orang tuanya selalu melihat ia bersalah padahal mereeka tidak menyadari bahwa anaknya memiliki bakat yang luar biasa. Suatu hari ia di pindahkan menuju sekolah asrama oleh orang tuanya berharap ia akan menjadi lebih baik, nyatanya bukan semakin membaik tapi malah semakin buruk.

Keadaan anak yang masih di usia tujuh tahun dan mengalami depresi berat sungguh sangat mengenaskan. Pada suatu ketika ada seorang guru baru yang memperhatikan keadaanya maka dari situlah sang guru mengerti bahwa ia mengalami depresi berat. Kebetulan sang guru adalah pengasuh dari sekolah luar biasa yang menangani anak seusianya yang kurang dalam hal fisik dan mental. 

Dari situlah sang guru menyadari bahwa ia mengidap penyakit Dislesia  yaitu penyakit yang mana seseorang kesulitan membaca huruf dan angka. Ketika dilihat ternyata ia memiliki bakat dalam melukis, dari melukis itu lah sang guru membuat ia bisa membaca dan menulis.

Dari kisah di atas kita bisa mengerti bahwa setiap anak memiliki kekurangan dan kelebihan. Setidaknya meskipun ia memiliki kekurangan pasti ada suatu bakat yang terpendam. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun