Mohon tunggu...
Bing Sunyata
Bing Sunyata Mohon Tunggu... Teknisi - Male

Pekerja di sebuah industri percetakan kertas (packaging) Tanggal lahir yang tertera disini beda dengan yang di KTP, begitu juga dengan agama. :) Yang benar yang tertera disni. Mengapa KTP tidak dirubah ? Satu aja ..., malas kalau dipingpong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rancangan Penataan, Sebuah Pemikiran (6, Sambungan)

24 Juli 2018   17:22 Diperbarui: 24 Juli 2018   18:57 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bila ada yang ingin mengetahui asal muasal dari rasa "takut" yang disusul kemudian dengan "permusuhan", bisa kiranya di napak tilasi hingga mencapai rasa "sakit" (pain).  Kalau ditinjau dari proses evolusi, dimungkinkan itu sudah mengada pada masa dinosaurus masih hidup atau bahkan sebelumnya. Itu bisa dicermati dari perbagai fosil yang ada, dimana terkait dengan keberadaan otak dan keberadaan berbagai bagian tubuh yang tentunya dibarengi dengan keberadaan jaringan syaraf, plus bila kita dapati adanya fosil mahluk-mahluk yang dikaruniai dengan gigi tajam itu, kita mungkin bisa mengambil "kesimpulan sementara" bahwa hewan-hewan pada saat itu sudah mengenal rasa "sakit". 

Bahkan dengan keberadaan rasa "sakit" itu tidak hanya melahirkan rasa "takut", tetapi juga keinginan untuk "survive". Yang mana itu bisa jadi yang kemudian memunculkan timbulnya konsep "siapa yang kuat, dia yang akan bertahan hidup", dimana salah satu tindakan yang mereka lakukan adalah dengan bertarung antar sesamanya pada saat "mate season", dengan tujuan utama tentunya bahwa hanya yang gen  dari "terkuatlah" nantinya yang akan diteruskan ke generasi selanjutnya dari hewan yang bersangkutan. Dan oleh sebab yang sama pula, evolusi bentuk tubuh dari para mahluk pada masa tersebut menjadi besar-besar. 

Terkait penyebutan mengenai otak, itu berkaitan dengan kemampuan berpikir dari para mahluk tersebut. Sekalipun dari mereka tidak ada yang menemukan tehnik nuklir, tidak menandakan bahwa mereka tidak mempunyai kemampuan berpikir. Ada penelitian, bahwa kuda bisa menghitung, begitu pula dengan sejenis kera (yang dipergunakan saat penelitian), anjing dan kucing bisa bermimpi, ikan lumba-lumba bisa "berbicara" (meski itu menurut bahasa mereka sendiri tentunya :)), ayam (jantan) dan burung tertentu bisa mengajak bercanda (dengan orang yang dikenalnya akrab). Namun pemikiran mereka itu kiranya condong masih sederhana, hingga konsep yang terlahirkan dari pemikiran mereka pun juga "sederhana". 

Patut dibedakan antara kemampuan berpikir mereka itu, dengan kemampuan mereka dalam mendeteksi suatu kondisi yang tidak normal/seperti biasanya seperti disebutkan sebelumnya. Walau memang, peranan otak juga berperan mengenai itu terkait dengan proses "pembandingan" antara kondisi tidak normal itu dengan kondisi sebelumnya. Meski dikatakan "pembandingan", kiranya bukan proses "matematis" yang ada dalam pikiran mereka saat itu. Faktor "rasa" dimungkinkan berperan dominan saat itu.

Sebelum menginjak pada perihal "rasa" yang membawa pengaruh terhadap hidup seorang manusia, patut diketahui juga bahwa berbeda dengan "informasi" terkait bentuk tubuh fisik suatu mahluk yang diturunkan ke generasi selanjutnya, "informasi" terkait kondisi psikis cenderung lebih mudah "beradaptasi"/berubah menurut kondisi yang ada. Ini kiranya masih sebatas opini/dugaan pribadi, namun contoh kasusnya adalah keberadaan beberapa hewan yang semula hidup bebas di alam liar namun kemudian dijinakkan hingga menjadi hewan peliharaan manusia. Karena kalau "informasi " terkait kondisi psikis itu, "level kekakuan"-nya sama dengan "informasi" terkait kondisi fisik mahluk yang bersangkutan, dengan sendirinya rasa "permusuhan" itu pun akan diteruskan dari generasi ke generasi. Yang mana tentunya menyebabkan tidak akan kita temui hewan peliharaan yang bersikap "sok akrab" atau bahkan manja/aleman terhadap diri manusia (pemeliharanya).   

Dikatakan hanya mengenai rasa "permusuhan" dan bukannya hingga rasa "takut", dimungkinkan karena itu (rasa takut) memang yang diingini keberadaannya oleh pemeliharanya oleh satu sebab atau lainnya. Walau kalau kita amati pada beberapa hewan peliharaan, rasa takut itu juga telah mulai luntur  terpendam sedikit demi sedikit, dengan adanya perlakuan sayang  dari si pemelihara.

Adanya perbedaan "level kekakuan" (atau apa ada sebutan yang lebih baik ? :)) mengenai "informasi-informasi" tersebut, bila kita tinjau dari level atom,  menimbulkan dugaan ... bahwa keberadaan "informasi" terkait kondisi psikis itu ... berada dalam area yang lebih luar dibandingkan dengan area dimana "informasi" terkait kondisi fisik berada pada jajaran molekul yang ada. Karena berada pada sisi yang lebih luar, tentunya itu menyebabkan akan lebih mudah terpengaruh oleh kondisi yang ada disekelilingnya, dibandingkan dengan atom/bagian-bagiannya yang berada pada sisi lebih dalam.

Bersambung ...

Peeeace 4 all

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun