Mohon tunggu...
Bing Sunyata
Bing Sunyata Mohon Tunggu... Teknisi - Male

Pekerja di sebuah industri percetakan kertas (packaging) Tanggal lahir yang tertera disini beda dengan yang di KTP, begitu juga dengan agama. :) Yang benar yang tertera disni. Mengapa KTP tidak dirubah ? Satu aja ..., malas kalau dipingpong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rancangan Penataan, Sebuah Pemikiran (3, Sambungan)

16 Januari 2018   16:48 Diperbarui: 17 Januari 2018   17:20 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Ngalor-'ngidul, 'ngetan-'ngulon ...

Ada yang sempat menulis mengenai "mandala" di Kompasiana, dimana terlepas dari sisi "mistis"-nya dari gambaran mengenai "mandala" itu kita temui sebuah prinsip mengenai "pemusatan" (centering). Terlepas dari cara pandang beberapa orang yang bergelut dalam bidang politik mengenai itu, prinsip itu sebetulnya juga bisa di berlakukan pada konsep penataan sebuah wilayah. Dimana posisi pusat itu merupakan area dimana para manusia itu mendirikan rumah tinggal (kawasan pemukiman), dan area sekelilingnya merupakan area "penyangga" yang mana merupakan area dimana berbagai aktivitas penyangga hidup para manusia itu berlangsung. 

Bila dicontohkan bentuk mandala dalam rupa 3D di Indonesia adalah candi Borobudur, maka perlu diketahui pula akan dugaan mengenai keberadaan danau/rawa yang mengelilingi candi itu, walau mungkin pada masa sekarang entah sudah hilang tidak karuan air/aliran airnya. Yang mana  daerah danau/rawa itu bila dibawa dalam konsep penataan wilayah, dapat dimaknai sebagai area resapan air, yang berguna tidak hanya untuk mengisi sumur-sumur penduduk tetapi juga bertugas untuk memelihara kondisi udara disekitaran area tersebut (jangan dilupakan bahwa kita berada pada area beriklim tropis).

Lha, tetapi kita perlu juga mengetahui dari prinsip mandala tersebut, mengenai seberapa besar luasan dari area pemukiman dan area "penyangga" yang "dikehendaki" untuk mengada di situ. Dan kemudian "dikolaborasikan" dengan pengetahuan kita mengenai kondisi yang ada di area/kawasan tersebut. Sebagai contoh ... Bila pada area/kawasan itu tidak didapati adanya sungai (yang bertugas memasok air ke area/kawasan tersebut), dengan sendirinya luasan area resapan air yang dibutuhkan akan lebih luas dibandingkan dengan area/kawasan yang dilewati oleh satu/dua sungai. 

Kemudian, penghitungan area resapan itupun harus juga harus memasukkan faktor mengenai seberapa besar debet air ketika musim hujan tiba. Area/kawasan yang memiliki curah hujan dengan debet yang tidak seberapa besar, tentunya membutuhkan jumlah area resapan yang lebih luas lagi daripada daerah dengan curah hujan berdebet tinggi. Oh ya, itu debet, yah. Bukan kredit.:D

Pada daerah yang curah hujannya tidak seberapa dan tidak memiliki aliran sungai dengan kondisi aliran air yang "always on", selain luasan area resapan, kiranya air hujan yang jatuh ke atap rumah-rumah itupun harus diupayakan untuk mendaya gunakannya secara maksimal. Tidak hanya jatuh dari langit dan kemudian mengalir ke selokan. Hal seperti ini tentunya juga membawa pengaruh terhadap bentuk/rupa dari sebuah rumah, beserta konstruksinya juga tentu.

Kemudian pada area/kawasan yang berbatasan dengan laut, selain itu semua juga perlu diperhatikan mengenai adanya kecenderungan air dari laut meresap ke dalam tanah disebabkan air tanahnya "hilang" (dipakai oleh manusia). Penetrasi air laut itu akan membawa pengaruh tidak semata pada masalah kesuburan tanah, tetapi juga terkait kandungan kimiawi yang ada padanya. Kalau sebuah bangunan menggunakan pondasi yang mempunyai unsur besi di dalamnya, kiranya bisa dihitung sampai seberapa lama pondasi itu dapat "melangsungkan tugasnya dengan baik dan benar". Jangan lupa pula bahwa beberapa jenis semen juga menggunakan besi sebagai campuran di dalamnya.

Diatas itu merupakan problema penataan berdasar kondisi wilayah dengan faktor air difungsikan sebagai faktor "pembantu acuan". Dikatakan membantu, karena faktor yang perlu dipikirkan khan bukan itu saja.:) Faktor kontur wilayah, angin,keserba anekaan flora dan fauna, kiranya juga harus turut menjadi acuan. Dimana manusia dalam hal ini harus pandai-pandai menempatkan diri dalam kondisi yang ada seperti itu. Terkait mengenai "pandai-pandai menempatkan diri" itu, mungkin ... prinsip yang ada dalam teka-teki silang jenis sudoku (seperti yang tergambar di atas) bisa membantu "memperjelas" tingkat kesulitan yang harus dialami oleh umat manusia.

Pada gambar di atas, jangan terpesona dengan gambar panah dan bintangnya.:) Saya membuatnya (pada gambar sudoku di atas) sekalian untuk menguji, apakah efek visual dapat membawa pengaruh pada pikiran manusia saat berupaya memecahkan sebuah masalah. Bawa itu pada masalah "visual effect" yang ada pada keseharian kita (terkait glamour dan semacamnya).

Hal hampir serupa sebertulnya juga bisa menjadi wacana, terkait penataan sebuah wilayah terkait bidang ekonomi.

Bersambung ...

Peeeace 4 all

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun