Mohon tunggu...
Bing Sunyata
Bing Sunyata Mohon Tunggu... Teknisi - Male

Pekerja di sebuah industri percetakan kertas (packaging) Tanggal lahir yang tertera disini beda dengan yang di KTP, begitu juga dengan agama. :) Yang benar yang tertera disni. Mengapa KTP tidak dirubah ? Satu aja ..., malas kalau dipingpong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rancangan Penataan, Sebuah Pemikiran (2)

23 Desember 2017   16:14 Diperbarui: 23 Desember 2017   16:50 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ngalor ngidul ...

He he he ... Pernah 'nulis pertanyaan mengenai siapa dulu yang mengajari agar anaknya untuk merengek/menangis saat lapar, manusia atau burung. Ternyata ada juga yang meneliti mengenai hal tersebut, mengenai bahasa burung tepatnya. Sebuah jenis bahasa yang dikategorikan sebagai sesuatu yang mitos dan mistik. Mitos karena dianggap mengada pada jaman dahulu kala ketika manusia masih mampu berkomunikasi dengan hewan dan mistik ... karena dianggap hanya dimiliki oleh beberapa orang tertentu yang dikategorikan mempunyai kemampuan mistik pada diri mereka. Tetapi ternyata tidak begitu. Diketemukan ternyata ada beberapa suku/tribe masih menggunakannya, yang mana ini diketahui (terimakasih)berkat penelitian yang dilakukan oleh beberapa orang. Dimana proses berkomunikasi ini dilakukan dengan cara bersiul. Yang mana diketahui pula, bahwa kemudian ada juga burung yang menirukannya, entah oleh sebab apa.

Dari situ mungkin dapat kita temui suatu cahaya samar, mengenai kemampuan bahasa binatang yang konon katanya dimiliki oleh orang pada masa dahulu. Bahwa itu bisa dimungkinkan terjadi, dengan cara melatih suatu jenis burung dan seseorang agar menyiulkan "suatu pesan" ketika mereka ingin menyampaikan sesuatu antara satu sama lainnya. Ini mungkin hampir sama seperti ketika kita mengajarkan seekor burung nuri atau beo. Namun bedanya, kita cuma mengajarkan itu agar si nuri/beo mampu mengucapkannya. Dan bukan disebabkan karena itu berguna sebagai sebuah alat berkomunikasi. Hingga si beo/nuri itu pun, tanpa mengenal waktu akan mengucapkan, "Bego lu". Namun tanpa kita ketahui alasan yang jelas, mengenai mengapa ia menyuarakannya. "Bego, lu".

Terkait percakapan dengan binatang lainnya, diketahui beberapa ekor burung mampu dengan suatu cara berkomunikasi dengan para binatang lainnya. Dimana ini mungkin bisa dinalar, karena prosesnya mungkin akan lebih mudah disebabkan mereka ... ibaratnya ... masih berada dalam sistim dimana "bahasa C" atau "C++" masih mendominasi. Dimana burung ini yang kemudian menjadi "penerjemah" bagi si manusia dengan para hewan lainnya. Ini mungkin dapat ditengarai dari kebiasaan beberapa suku yang memelihara seekor burung dan menjadikan mereka sebagai teman perjalanan ketika mereka sedang bepergian mengarungi alam bebas. Walau itu kemudian sedikit demi sedikit terdegradasi, hingga sebatas pada upaya untuk memelihara burung elang yang dijadikan pemandu/penuntun saat berburu. Dan lebih terdegradasi lagi pada masa sekarang, melihat mereka berada dalam sangkar-sangkar itu, "berpidato" entah mengenai apa atau  sekedar mengharap kemurahan agar pemiliknya mau memberikan makanan atau lainnya.

Dan bila diberi kan, maka si beo pun akan berkata ..., "Bego, lu". :D

...

Kemarin sempat komen agak panjang lebar pada artikel seseorang mengenai masalah ekonomi, yang mana entah mengapa mungkin banyak orang menganggapnya sebagai sesuatu hal yang menentukan hidup mati mereka. Padahal mereka itu ... katanya ... menyembah Tuhan. Tidakkah Tuhan yang menentukan hidup-mati seseorang/sesuatu ? Akan diingkari ? Sekedar ingin merasakan sensasi bangga ketika mendapat kehormatan  dipanggil Yang Mulia Prabu Dustarata ?:)

Saya kutip komen saya sendiri ...

"Ilmu pengetahuan ... termasuk yang ada pada ranah ekonomi, itu merupakan anggota dari band "Neutralica".
Namun pada penerapannya membutuhkan upaya-upaya tertentu, baik itu masalah kalibrasi ataupun pengetahuan mengenai kondisi yang ada ditempat band itu mentas. Bayangin' bila grup seperti Sepultura, Korn, Slipknot, Metalica, atau yang sejenis itu, 'mentas dan ditonton oleh orang-orang dengan pola hidup dan pola pikir dari era Renaisance atau sebelumnya. Pasti akan banyak sepatu, batu, botol bakal beterbangan ke arah panggung. Serta seruan ..., "Apaan, tuh !!!!", "musik setan" dan entah apa lagi, akan turut membahana mengiringi musik yang terdengar.
Begitu pula dengan apa yang ingin diterapkan oleh beberapa orang pada masa-masa lampau hingga sekarang. Patut diketahui juga bahwa apa yang diterapkan itu banyak dipakai juga oleh negara-negara lain, dimana dalam kondisi sekarang dimana keterkaitan yang ada sudah mencapai tingkat global, maka dengan sendirinya sedikit atau banyak ... Indonesia pasti juga akan ikut terseret dalam arus itu.
Patut diketahui, bahwa pada sebuah "tatanan" (saya beri tanda kutip, untuk membedakan dengan tatanan menurut kehendak-Nya), suatu hal/metoda yang diterapkan pada suatu ranah, pasti mempunyai sangkut paut dengan ranah lain. Mengenai ranah ekonomi ini, ranah yang terkait adalah masalah politik-kekuasaan (bukan politik-tatanan), yang mana akan berbuntut pula pada ranah keamanan (dipandang dari upaya untuk berada dalam kondisi seimbang, agar riot dan kriminalitas tidak sampai terjadi), dan pada akhirnya tentu akan menyeret pula masalah sosial-budaya (dimana para manusia yang ada ... mengekspresikan diri, menyikapi kondisi yang ada itu).
Bicara mengenai itu, akan panjang dan lebar sekali, dimana kita untuk itu juga harus membuka-buka banyak sekali lembar buku sejarah yang ada mengenai banyak negara/kawasan.
Apakah itu akan memecahkan masalah yang ada ? Tidak juga. Disebabkan itu hanya merupakan proses melengkapi/menggenapi/menjangkepi faktor-faktor yang harus ada dalam pikiran saat memikirkannya. Proses berpikir mengenai masalah yang ada, belumlah berlangsung. Dimana dengan segenap faktor yang ada, kiranya dapat dibayangkan bahwa itu akan menjadi sebuah proses marathon yang amat melelahkan dan menuntut adanya kondisi prima bagi yang berupaya melakukannya. Bila tidak, bisa gila. :)
Oleh karena itu ...
- Pada saat-saat genting dimana solusi dibutuhkan sesegera mungkin, namun solusi itu tidak bisa dengan cepat dihasilkan ...
- Terkait masalah yang ada pada ranah ekonomi ...
- Terkait dengan masyarakat (kepentingan umum) ...

Ada baiknya ...
- Masalah yang berhubungan dengan kebutuhan pokok dibedakan dengan yang bukan. Kiranya diberikan prioritas utama (masalah kebutuhan pokok).
- Sosialisasi kepada masyarakat agar mereka juga mempraktekkannya. Dimana pihak pemerintah sekiranya bisa memberi teladan dengan cara menekan biaya pembelanjaan negara pada bidang-bidang yang bukan merupakan kebutuhan pokok.
- Bila suatu hal perlu disubsidi maka itu disubsidi. Dimana dananya diambil dari sektor non kebutuhan pokok.
- Bila itu dirupakan berupa bantuan, maka kiranya harus tepat pada sasaran.
- KB 1-2 anak cukup.
- Perlu sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat, agar tidak cuma pemasukan saja yang dipikirin, tetapi juga pengeluarannya. Pemasukan sudah 3 kali UMR, tetapi pengeluarannya 10 kalinya. Busyet, dah. :D "

...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun