Seorang filsuf India, Indian teacher, Preetha Khrisna pernah mengatakan, "Alam akan mengeliminasi makhluk yang tidak memberikan manafaat bagi keseluruhan" Rasanya kalimat itu membenarkan refleksi saya terkait kemutlakan seseorang harus berubah. Ya, hampir tiga bulan ini saya bagai seorang pengemudi perubahan.Â
Perubahan dalam tata kelola pembelajaran berbasis pada kurikulum merdeka. Sebagai seorang guru sekaligus kepala sekolah, saya memastikan kurikulum merdeka diterapkan sebagaimana seharusnya. Alasan mendasar agar para peserta didik memiliki kompetensi dan kecakapan abad 21. Istilah Preetha Khrisna agar peserta didik 'memberikan manfaat bagi keseluruhan"
Â
Faktor Penentu Keberhasilan Implementasi Kurikulum Merdeka
Bagaimana agar kurikulum merdeka dapat diimplementasikan sesuai dengan ketentuan perundangan? Beberapa hal berikut ini -menurut saya- faktor yang sangat penting untuk dilaksanakan.
Pertama, Perubahan Paradigma GuruÂ
Suatu kesempatan dalam sebuah workshop kurikulum merdeka seorang kepala sekolah berujar, "Semua kurikulum sama saja" Kalimat pendek ini menunjuk pada sebuah petaka besar. Kurikulum merdeka mati di sekolah tersebut. Karena kepala sekolahnya saja tidak mau berubah.
Kepala sekolah dan guru harus mengetahui bahwa kurikulum merdeka berbeda dengan kurikulum 2013. Implementasi kurikulum merdeka adalah implementasi perubahan besar di dalam pendidikan nasional.Â
Perubahan ini bisa ditelusuri dari landasan hukumnya, yaitu Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 262/M/2022 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Â Kita akan merasakan semangat perubahan yang dibawa oleh kurikulum merdeka.
Tanpa perubahan paradigma dari kepala sekolah dan para guru, perubahan yang dibawa oleh kurikulum merdeka tidak akan bergema. Semua bentuk pelatihan dan pendampingan hanya akan menjadi beban dan sia-sia saja. Pemborosan waktu dan biaya akan sangat besar. "TDK Kurikulum Merdeka" adalah tabu bagi kami karena kami sadar perubahan sebuah keniscayaan.