Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Guru Juga Harus Bertobat

27 Januari 2021   10:42 Diperbarui: 27 Januari 2021   11:13 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Komunikasi Video Conferece (DokPri)

Batin saya terusik untuk menulis artikel ini sebagai refleksi bagi semua guru di mana pun Anda berada. Kita satu profesi. Satu panggilan yang dikata dalam bait Hymne Guru, "Engkau bagai pelita dalam kegelapan. Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan"

Namun tidak demikian pada masa pandemi ini untuk sebagian siswa kita. Mereka mengalami guru sebagai "engkau" yang memberi beban tugas-tugas belajar yang terlalu banyak. "Engkau" laksana detektif yang berkaca mata ketidakpercayaan. Dan itu sangat penyakitkan. Kesan itu saya tangkap dari sharing seorang penonton video yang saya unggah pada chanel Two Minutes for Hope. SharnIg itu ditulis pada kolom komentar. Sebuah pengalaman yang melukai hati teramat sangat. Begini sharingnya:

"Saya pernah mengerjakan tugas matematika. Saya sudah mengerjakan semua tugas bahkan punya buktinya. Dan pada saat itu nilai saya kosong. Nilai tugas 1 bulan kosong. Padahal sudah mengerjakan dan ada bukitinya. Saya kirim buktinya  tapi tetap tidak percaya. Akhirnya saya mengerjakan lagi tugas itu dari awal. Ini adalah tugas mtk. Pingin saya beritahu nama gurunya untung aja saya masih punya hati"

Dari ungkapan tersebut terlihat betapa siswa ini sangat "sakit hati" karena guru tidak percaya kepadanya. Sekalipun bukti sudah diberikan. Saya tidak tahu guru tersebut ngerti atau tidak psikologi perkembangan anak. Saya tidak tahu guru tersebut paham atau tidak semangat kurikulum 2013 yang harus lebih menghargai bukan menghakimi siswa. Guru harus membina untuk tercapainya kompetensi dasar sebagaimana dituangkan dalam Permendikbud nomor 15 Tahun 2018 Tentang Tugas Pokok Guru.

Dampak ketidakpercayaan guru terhadap siswa sangat buruk terhadap karakter siswa. Siswa menjadi apatis atau demotivasi. Karena itu setiap menjumpai siswa yang apatis (seperti kehilangan hati untuk belajar), dan ketiadaan motivasi belajar, itu adalah cermin bagi guru tersebut. Ada apa dan bagaimana dia mengajar di kelas?

Pertobatan Guru

Untuk menyelamatkan para siswa terhadap apatisme dan demotivasi belajar, guru harus bertobat. Guru harus lebih tahu diri. Mengetahui dirinya bukan pihak yang paling benar. Paling hebat. Dan paling tahu. Berikut ini bisa dikembangkan guru agar menjadi guru yang tidak melukai tetapi bagai pelita dalam kegelapan. (Format video dapat disaksikan pada chanel Two Minutes for hope)

  • Guru harus paham semangat kurikulum 2013. Kurikulum ini berbasis kompetensi sehingga yang diarah adalah perkembangan kompetensi siswa. Untuk itu aspek penilaian yang meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan berorientasi pada pembinaan untuk perkembangan
  • Guru harus punya kompetensi pedagogi yang baik. Salah satu indikator dalam kompetensi pedagogi ini yaitu guru mengetahui karakteristik peserta didik. Kasus yang disharingkan di atas tidak akan terjadi jika guru mengetahui karakteristik perserta didik dengan baik. Kenapa? Karena guru akan mengambil sikap bagaimana membuat si siswa berkembang. Tentu sikap ini menganulasi ketidakpercayaan terhadap peserta didik.
  • Guru harus punya cara pandang positif terhadap peserta didik. Cara pandang ini memandang peserta didik sebagai pihak yang "setara" dengan guru. Dan karena itu relasi yang dibangun bersifat dialogis. Dialog itu terjadi ketika didasarkan pada saling percaya; tidak ada curiga kepada pihak lain.
  • Guru harus mampu menginspirasi peserta didik. Ini sangat penting untuk perkembangan inelektual dan karakter siswa. Siswa yang terinspirasi akan berusaha seoptimal mungkin mengembangkan potensi dirinya baik itu akademik maupun karakter.
  • Biasakan minta evaluasi dari peserta didik mengenai cara Anda mengajar. Hal ini akan membantu Anda berkembang sebagai guru.

Bagi saya kelima poin itu sangat penting untuk dihidupi guru menjadi milik guru. Saya sendiri selalu berusaha melakukan evaluasi diri. Peserta didik mengevaluasi cara saya mengajar, cara saya bicara, cara saya melakukan penilaian. Dari situ saya tahu, apa yang saya yakini sebagai metode terbaik dalam pengajaran masih bersifat relative bagi para peserta didik. 

Saya pun berpikir, "Apa artinya saya menjadi guru jika saya tidak bisa menginspirasi mereka untuk mengoptimalkan potensi dan keunikan dirinya" Di sinilah saya meyakini apa yang pernah dikatakan Parker J.Palmer benar, "Yang sering dilupakan dan jarang disadari oleh guru adalah bahwa ia sebenarnya sedang mengajarkan dirinya sendiri, hidupnya sendiri" Semoga setiap guru menyadari pentingnya pertobatan menjadi guru yang lebih baik dan inspiratif. AMDG

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun