Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Narablog

Senang traveling dan senang menulis topik seputar Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stigma Masyarakat terhadap Keluarga yang Tidak Memiliki Anak dan Dampaknya

1 November 2023   15:31 Diperbarui: 1 November 2023   15:35 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akibat stigma keluarga yang tidak memiliki anak hidup dalam bayang-bayang ketakutan. (sumber gambar: Pexels.com/Liza Summer)

Kali ini, saya ingin sharing saja, tentang apa yang saya dan istri alami sebelum dan sesudah menikah. Mohon maaf, apabila ada kata-kata saya yang kurang pantas atau berkenan di hati anda, para pembaca Kompasiana. Mohon dimaafkan.

Sewaktu kami masih pacaran, 5 tahun yang lalu, saya dan istri sering ditanya oleh teman-teman, "kapan kalian menikah?"

Setelah menikah tahun lalu, pertanyaannya berubah, "kapan kalian punya anak?"

Saya mengerti paham di balik pertanyaan-pertanyaan ini. Pahamnya adalah "banyak anak banyak rezeki." Oleh sebab itu, semua perempuan yang sudah menikah wajib memiliki anak.

Kalau perempuan tidak kunjung hamil atau tidak memiliki anak, siap-siap menerima stigma "bukan perempuan utuh/sejati."

Sering, kami kesal kalau ditanya-tanya "kapan punya anak?" atau "sudah ada isi belum?" Sayangnya, kami belum cukup berani mengungkapkan perasaan tidak suka kami kepada mereka.

Mungkin, sudah waktunya untuk kami berterus-terang tentang perasaan kami kepada mereka yang suka kepo tentang kehidupan pribadi kami.

Saya salut dengan teman perempuan saya (sudah menikah) yang berani menegur langsung seseorang yang bertanya di Facebooknya tentang status kehamilannya.

Kalau di negara-negara Barat lain lagi. Anda baru menikah di umur 40 tahun pun gak bakal di kepoin. Malahan pertanyaan soal kapan punya anak dianggap gak sopan.

Itu karena masyarakat di negara Barat menganut paham budaya individualis, "urusanmu adalah urusanmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun