Mohon tunggu...
Billy Chandra Wijaya R
Billy Chandra Wijaya R Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa Ilmu Ekonomi, Universitas Brawijaya

Historian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Bukan Karena Mesin Waktu

5 Juli 2020   01:26 Diperbarui: 5 Juli 2020   01:37 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Realitas subjektif sangat bergantung terhadap individu-individu yang bersangkutan, sementara realitas antar-subjektif harus membangun jejaring yang lebih luas. Syaratnya, mereka yang ingin saling berkaitan didalam jaringan fiksi tersebut harus percaya dengan konstruksi khayalan yang diciptakan.

Tidak sampai disitu, mereka juga harus ikut serta melanggengkan mitos yang mengikatnya dan menaati peraturan yang ada didalamnya selama menjadi anggota jaringan khayal. Realitas antar-subjektif berhasil memproduksi berbagai khayalan penyatu.

Serikat buruh, negara, uang, perusahaan, berhasil bermunculan lewat kepercayaan yang dibangun dan dipercayai oleh orang banyak sehingga membentuk sebuah jejaring besar untuk mengakomodir kerja sama yang dilakukan banyak orang.

Revolusi agrikultur menjadi penyebab utama kesepatakan atau kerpercayaan bersama tumbuh subur. Domestikasi terhadap beberapa jenis hewan dan tumbuhan menjadi pemicunya. Ada yang dilakukan dengan cara tidak sengaja dan sengaja.

Tumpukkan sampah yang di dalamnya terdapat biji-bijian sisa makanan menjadi laboratorium agrikultur pertama yang nenek moyang kita buat tanpa sadar. Setelahnya, mereka sibuk menanam kacang-kacangan atau jelai yang lebih mengenyangkan dan tumbuh lebih banyak serta tahan dengan kondisi iklim yang fluktuatif.

Begitupun dengan hewan, nenek moyang kita memilih untuk menjinakkan hewan yang emosinya lebih stabil ketika ditempatkan di dalam kandang dan tidak membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak. Bulan sabit subur menjadi saksi dari hasil domestikasi pertama pangan umat manusia.

Nenek moyang kita akhrinya berhasil. Berhasil menciptakan lahan pangan yang dapat di nikmati tanpa berpindah tempat dan tanpa khawatir lagi memikirkan bagaimana kawanannya yang ditinggal dipersinggahan akan tetap hidup atau sudah menjadi bubur daging.

Dengan domestikasi, pemburu pengumpul purba tidak lagi perlu bertaruh nyawa untuk mendapatkan hewan buruan, meskipun mereka membutuhkan waktu transisi dan tidak langsung sepenuhnya menetap.

Pemburu pengumpul purba terus beregenarasi dan begitupun dengan hasil domestikasinya baik hewan maupun tumbuhan. Mereka yang tadinya sibuk menyandang status sebagai pemburu pengumpul telah resmi berganti menjadi produsen makanan pribadi. Namun, disisi lain kebutuhan akan lahan untuk menetap, beternak, dan bercocok tanam semakin meningkat.

Ekspansi generasi pun dilakukan untuk terus mengakomodir kebutuhan keluarga atau kawanan. Kepadatan populasi pun tercipta dengan semakin bertumbuh dan berkembangnya generasi.

Seiring dengan berkembangnya populasi yang saling berdekatan, kerumitan dalam tatanan sosial pun ikut meningkat. Dan, disini merupakan cikal bakal dari terciptanya imperium-imperium besar. Semakin bertambahnya populasi, penggunaan lahan pun bertambah, dan hasil panen pun terus meningkat setiap periodenya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun