Mohon tunggu...
Gina Nelwan
Gina Nelwan Mohon Tunggu... Bankir - Banker/AnimalsLover/ContentCreator

Blog : https://www.ginanelwan.com Instagram : @ginanelwan Twitter : @ginanelwan atau @ginabicara

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Rusuh 21-22 Mei 2019, Ini Opini Saya

24 Mei 2019   11:51 Diperbarui: 24 Mei 2019   15:09 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, Jumat 24 Mei 2019 saya menulis perspektif saya mengenai rusuh 21-22 Mei di Jakarta. Sebagai anak bangsa saya melihat negara ini harus menjaga kebebasan berekspresi tetapi kita yang merupakan warga negara Indonesia, seharusnya taat akan undang-undang yang berlaku.

Bolehkah saya menilai rusuh yang terjadi di tanggal 21-22 Mei di Jakarta adalah skenario yang telah diatur (terstruktur dan sistematis) oleh beberapa pihak, yang menurut saya BANGSAT. 

Ijinkan saya memakai satu kata yang kurang sopan tersebut, untuk mewakili rasa kesal saya karena menurut saya peristiwa tersebut membuat rugi dan repot rakyat. Rakyat yang mana? Rakyat yang tidak peduli tentang siapa yang menang dalam kontestasi politik, rakyat yang hanya peduli bekerja dan mencari nafkah untuk keluarga, rakyat yang hanya mendukung siapapun Presiden yang terpilih dan rakyat yang ga mau ribet capres-capresan. 

Apakah para elite politik itu, para "sutradara" rusuh dan para pendukung capres-capresan itu bisa mikir? Bahwa tepat ditanggal 21-22 Mei akses jalan di ibukota banyak yang ditutup, arus lalu lintas di sudut Jakarta jadi macet, anak sekolah diliburkan padahal ada beberapa yang masih ujian akhir, dan driver-driver online yang tidak dapat penumpang. 

Bahkan salah satu teman saya sempat bercerita via whatsapp, bahwa kantornya yang bertempat di jalan Thamrin dipindahkan sementara ke Kemayoran.

Pemilu Curang? People Power ?

Curang dan People Power, siapa yang menghembuskan kata dan kalimat tersebut. Jawab saya adalah bersumber di salah satu kubu pasangan capres dan cawapres. Kalian bisa melihat jejak digitalnya pada banyak media massa. Entah itu hasil wawancara atau rentetan cuitan pada twitter tim pemenangan salah satu capres-cawapres. Framing yang diciptakan pun sangat masif, seolah-olah jika tak menang pasti dicurangin. 

Logika macam apa itu? Bukankah gerakan People Power sesungguhnya disaat Pemilu 17 April 2019, dimana rakyat Indonesia memutuskan pilihannya, baik itu capres-cawapres, legislatif dan dewan perwakilan daerah. 

Menurut saya. This is the real people power movement, karena kenyataannya dan secara konstitusional 55% Rakyat Indonesia masih ingin Jokowi, melanjutkan pemerintahan RI periode 2019-2024.

Jadi setelah saat ini jika ada yang mencurigai sumber chaos diciptakan dari kubu mana, ibaratnya ada sebab pasti ada akibat. Disebabkan karena provokasi berlebihan dan framing yang diciptakan berhari-hari sebelumnya, akibatnya seperti ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun