Mohon tunggu...
Bhumi Literasi Anak Bangsa
Bhumi Literasi Anak Bangsa Mohon Tunggu... Penerbit

Dengan membaca kita mengenal dunia. Dengan menulis kita dikenal dunia. 🌍🖋️

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beragama Itu Mudah, Ego Manusialah yang Membuatnya Sulit

19 September 2025   10:52 Diperbarui: 19 September 2025   10:52 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Catatan Harian (sumber: @rimut.id)

Beragama pada dasarnya adalah jalan menuju kedamaian. Ajaran agama diturunkan untuk memberikan ketenangan, kasih sayang, serta petunjuk hidup yang menentramkan bagi manusia. Namun, dalam praktik sehari-hari, seringkali kita justru mendapati banyak perdebatan, pertentangan, bahkan konflik yang muncul atas nama agama. Padahal, inti dari ajaran agama adalah kebaikan yang sederhana.

KH. Ahmad Mustofa Bisri, atau yang akrab disapa Gus Mus, pernah menyampaikan bahwa "Beragama itu mudah, yang bikin sulit itu orang-orang yang terlalu merasa paling paham agama." Pesan ini mengingatkan kita bahwa kerumitan beragama seringkali lahir bukan dari ajaran agama itu sendiri, melainkan dari sikap manusia yang menganggap dirinya paling benar. Rasa superioritas ini menutup pintu dialog dan membuat agama dipandang kaku serta membebani.

Sikap merasa paling paham agama dapat menimbulkan sikap menghakimi orang lain. Padahal, setiap manusia berada pada perjalanan spiritual yang berbeda. Ketika seseorang merasa paling benar, ia cenderung memandang orang lain dengan rendah, bahkan menolak perbedaan. Akibatnya, agama yang seharusnya menghadirkan rahmat justru berubah menjadi sumber perpecahan.

Sebaliknya, agama akan terasa mudah jika dijalani dengan hati yang tulus dan penuh kerendahan. Tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, tidak pula harus memaksakan standar pribadi kepada sesama. Yang dibutuhkan hanyalah keikhlasan dalam menjalankan kewajiban, serta kelapangan dada untuk menghargai perbedaan dalam beragama.

Melalui nasihat sederhana Gus Mus, kita diajak kembali ke hakikat beragama: menebarkan kasih sayang, ketenangan, dan kedamaian. Agama hadir bukan untuk diperdebatkan tanpa ujung, melainkan untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan sikap rendah hati, beragama menjadi jalan yang benar-benar mudah, indah, dan membawa rahmat bagi seluruh alam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun