Mohon tunggu...
Demus Bezakel
Demus Bezakel Mohon Tunggu... Mahasiswa

Futsal, sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apa Artinya Menjadi Mahasiswa Teologi di Zaman Sekarang?

11 September 2025   12:42 Diperbarui: 11 September 2025   18:36 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pendeta sedang membaca alkitab. (Sumber: freepik.com/annatolipova)

Banyak orang berpikir bahwa menjadi mahasiswa teologi hanya berarti belajar Alkitab, doa, dan akhirnya jadi pendeta. Gambaran ini tidak salah, tetapi terlalu sempit jika dibandingkan dengan realita di zaman sekarang. 

Mahasiswa teologi bukan hanya calon pendeta, melainkan juga calon pemimpin rohani, pendidik, penulis, bahkan penggerak perubahan di tengah masyarakat. 

Dunia saat ini sedang mengalami krisis moral, krisis identitas, dan krisis kepercayaan. Dalam situasi ini, mahasiswa teologi dipanggil bukan hanya untuk paham firman, tetapi juga untuk menghidupi firman itu dalam setiap aspek kehidupan.

Menjadi mahasiswa teologi di era digital jelas berbeda dengan generasi sebelumnya. Tantangan bukan lagi hanya seputar buku dan mimbar, melainkan juga bagaimana menghadapi derasnya arus informasi, budaya instan, dan godaan hedonisme. 

Media sosial misalnya, bisa menjadi jebakan yang membuat orang percaya kehilangan fokus. Namun di sisi lain, platform digital juga bisa menjadi ladang pelayanan baru. 

Mahasiswa teologi yang cerdas akan melihat peluang ini: menjadikan Youtube, podcast, bahkan TikTok sebagai media untuk memberitakan kasih Kristus secara kreatif dan relevan.

Selain itu, mahasiswa teologi juga dituntut untuk menjadi suara profetis di tengah krisis yang melanda bangsa. Korupsi, intoleransi, kekerasan, hingga perilaku tidak etis sering terjadi di sekitar kita. 

Jika mahasiswa teologi hanya berdiam diri, maka keberadaannya tidak akan berbeda dengan mahasiswa lain. Justru di sinilah arti pentingnya: berani bersuara, menjadi garam dan terang, serta menghadirkan nilai-nilai Kristiani di ruang kelas, di organisasi, hingga di dunia kerja nantinya.

Yang lebih penting lagi, kuliah teologi bukan soal mengejar gelar akademis. Gelar "S.Th." atau "M.Th." hanyalah tambahan. Inti dari pendidikan teologi adalah pembentukan karakter dan kesadaran panggilan. 

Seorang mahasiswa teologi harus mengerti bahwa dirinya sedang dipersiapkan bukan hanya untuk pintar berbicara di mimbar, tetapi untuk hidup sebagai teladan. Itu artinya, teologi tidak berhenti di kepala, melainkan turun ke hati dan nyata dalam tindakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun