Mohon tunggu...
Demus Bezakel
Demus Bezakel Mohon Tunggu... Mahasiswa

Futsal, sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Di Depan Aktif, di Belakang Diam? Membongkar Stereotip Kelas

18 Juli 2025   11:15 Diperbarui: 18 Juli 2025   11:15 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang kelas(Sumber Freepik.com)

Dalam setiap ruang kelas, baik itu di sekolah, kampus, seminar, maupun ibadah, kita sering kali menemukan pola yang seakan sudah terbentuk secara tidak tertulis barisan depan diisi oleh mereka yang rajin, kritis, dan aktif, sementara barisan belakang menjadi tempat bagi yang pasif, mengantuk, atau sekadar ikut hadir. Ini adalah stereotip yang terus hidup dalam dunia pendidikan dan pergaulan akademis. 

Tapi benarkah tempat duduk mencerminkan karakter atau semangat belajar seseorang?

Stereotip ini memang tak muncul tanpa alasan. Banyak guru atau dosen lebih mudah mengenali dan mengingat mahasiswa yang duduk di depan karena mereka cenderung terlibat aktif, lebih fokus, dan siap berdiskusi. 

Sebaliknya, siswa atau mahasiswa yang duduk di belakang sering kali terabaikan atau dianggap tidak serius. Namun, pola ini tidak selalu benar karena motivasi dan kondisi tiap orang tidak bisa disamaratakan hanya dari posisi tempat duduk.

Duduk di Belakang: Pilihan atau Keadaan?

Tidak semua yang duduk di belakang itu malas. Beberapa orang memilih duduk di belakang karena ingin merasa nyaman, tidak suka jadi pusat perhatian, atau sedang mengalami tekanan mental yang membuat mereka enggan tampil.

Ada pula yang duduk di belakang karena terlambat datang, atau karena ruang kelas yang sempit dan tempat depan sudah penuh. Dalam beberapa kasus, siswa atau mahasiswa yang duduk di belakang justru tetap mencatat dengan rapi, mendengarkan dengan serius, dan memahami materi lebih baik dari yang terlihat aktif.

Stereotip yang melekat pada posisi duduk ini bisa berbahaya. Ia menciptakan kesan bahwa yang terlihat itulah yang cerdas, dan yang pendiam itu tak berpotensi. 

Padahal, banyak pemikir besar dan orang sukses justru berasal dari kelompok yang pendiam, yang banyak merenung, dan yang tidak selalu mengangkat tangan saat ditanya. Dunia pendidikan perlu berhati-hati agar tidak menilai kemampuan hanya berdasarkan visibilitas.

Duduk di Depan: Keuntungan dan Tekanan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun