Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Yang Penting Klik “Suka”?

29 Oktober 2016   17:23 Diperbarui: 29 Oktober 2016   17:41 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Like atau Suka di Facebook. (Foto: Istimewa)

Ini kisah sesungguhnya, yang membuat saya sempat terperangah. Ketika saya mengunggah tautan (link) tulisan saya di Kompasiana pada salah satu group di Facebook, seringkali dalam tempo kurang dari satu menit setelah saya unggah, sudah terpajang beberapa orang yang meng-klik suka (like). Wah, cepat sekali mereka membacanya.

Namun anehnya, ada yang setelah mengklik suka, lalu menanyakan kepada saya hal-hal yang sebenarnya sudah sangat jelas tertulis pada tulisan saya tersebut. “Lho, itu kan sudah saya tulis. Adik sudah baca belum?”, tanya saya kepada si penanya. Saya memanggilnya dengan sebutan adik, karena dia memang jauh lebih muda daripada saya.

Group tempat saya mengunggah tautan itu memang sebagian besar anggotanya adalah generasi muda di bawah 30 tahun, bahkan ada yang di bawah 20 tahun. Usia yang seharusnya tidak lagi gagap teknologi, karenanya saya merasa aneh mengapa orang itu menanyakan lagi hal yang sudah saya tulis cukup panjang lebar di dalam tulisan saya. Tidak mungkin juga yang bersangkutan tidak mengerti Bahasa Indonesia, karena dia jelas warganegara Indonesia dan dari komentar serta pertanyaannya cukup fasih menggunakan Bahasa Indonesia.

“Oh, maaf saya belum baca,” jawabnya. Terkaget-kaget dengan jawabannya, saya pun menanyakan lagi, “Belum baca kok sudah di-klik suka?”. Jawabannya tak kurang mengagetkan, karena dengan tenang dia menjawab, “Ya biasanya kan gitu, klik suka dulu, bacanya belakangan”. Waduh.

Di kali lain, ada lagi hal serupa. Sampai-sampai saya menulis “JANGAN KLIK SUKA (LIKE), kalau belum baca isi lengkap tulisan di tautan ini”. Itu pun masih ada saja yang nekad meng-klik suka, saat saya baru selesai mengunggah tautan lain. Padahal mengingat waktu dia mengklik suka dan waktu saya mengunggah itu sangat dekat, jadi saya pastikan dia belum sempat membaca utuh tulisan yang tautannya saya sertakan di akun group tersebut di Facebook.

Dalam kasus lainnya, ada lagi kejadian ketika saya mengunggah foto yang saya beri keterangan bahwa beberapa gambar lambang-lambang organisasi yang ada pada foto tersebut tidak benar. Saya lalu mengajak anggota group untuk mencermati dan mencari tahu sebenarnya. Sayangnya, hanya sedikit yang merespons untuk mencermati dan mencari tahu sebenarnya. Sebagian bahkan langsung berkomentar, “Tolong kirim gambar lambang yang benar”, “Jangan hanya beri tahu, kasih tahu juga yang benar”.

Akhirnya saya jelaskan lagi, bahwa saya mengajak teman-teman di group untuk bersama-sama belajar, jangan mau hanya menerima saja, tetapi mencoba mencari tahu. Di era digital seperti ini, kita bisa menggunakan mesin pencari internet, untuk mencoba mencari, mengecek, dan mericek, gambar atau pun tulisan yang ada. Cara lain, menggunakan media sosial atau alamat email, mencari informasi yang lebih tepat dari sahabat, kerabat, atau pun organisasi yang ada lambangnya itu.

“Iya sih, tapi saya maunya simple aja, biar cepat,” itulah jawaban yang saya terima, ketika saya menyarankan untuk menggunakan mesin pencari internet dan cara lainnya.

Ingin cepat, tidak mau mencari, mengecek, dan mericek, sekadar klik suka, atau langsung saja membagi gambar dan tulisan yang didapat di internet, terkadang juga dapat berbahaya. Gambar atau tulisan bohong yang tidak jelas kebenarannya, dapat segera dibagi dan disebarluaskan. Seperti contohnya dalam salah satu group Whatsapp yang saya ikuti. Beberapa kali saya terpaksa menegur anggota group yang membagi atau meneruskan berita atau informasi bohong (hoax), tetapi jawaban yang saya terima selain permintaan maaf, hanya “saya hanya meneruskan dari group sebelah”.

Tampaknya kemudahan di era digital saat ini, mestinya tidak membuat kita menjadi malas. Tetapi justru harus memanfaatkan kemudahan yang ada untuk mencari, mengecek, dan mericek, tulisan dan foto yang ada di media sosial. Ayo, jangan malas!

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun