Kepada Harsa, karena saya lihat anda masih muda, juga dalam hal belajar filsafat di salah satu Universitas terkemuka di negeri ini, semangat " filsuf" sejati adalah kerendahan-hati, tidak hidup dalam tulisan Anda, apalagi jauh isi dari judul insinuatif murahan tulisan anda.
Sebelum ke alinea penutup, pesan anekdot hubungan Agama dan Komunisme, sikap jelas dari Katolik adalah "Berdiri di depan untuk membela korban ketidak-adilan, termasuk sebagian orang yang tanpa proses hukum dibuang-asingkan dan hilang haknya. Dan pemimpin Katolik akan berdiri di depan untuk menolak paham (ideologi) komunisme. Mudah, jangan dirancu-racun".
Kepada anda berdua, Harsa dan Pontoh, saya sederhanakan (lagi) saja, tugas sejati lain filsuf bahwa, dari sisi axiology, sinyaliran dan nasihat anda bertentangan dengan kenyataan bahwa ketika bu Ainun Habibie meninggal, Pak Habibi yg dalam keadaan duduk menyalami semua tamu VIP negeri dan negara sahabat, salah satu sosok  jenius(sejati) Prof BJ Habibie hanya berdiri untuk menyalami Romo Magnis. Itu tentu tibukan standarmutlak dan satu-satunya, hormat presiden RI ke-3 yang jenius kepada Magnis. Tetapi respek itu masuk dalam referensi komentar Anda berdua.  Sehingga jika judul tulisan dianggap bertentangan  dengan isi, maka judul satiris itu sebenarnyalah untuk menghindari judul harafiah ini , maaf, "Ketika Romo Magnis Digurui Duo Hiper-D*ngu."**** Â
*)Â Penulis, yangmenulis (lagi) karena terpaksa.