Mohon tunggu...
Berny Satria
Berny Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis bangsa

Bangsa yang Besar adalah yang berani berkorban bagi generasi berikutnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kegelisahan Malam Tahun Baru

6 Januari 2018   23:54 Diperbarui: 7 Januari 2018   09:45 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Topik Tulisan terasa sudah terlewat. Namun karena sore ini aku ditelpon oleh seorang pak haji yang memperingatkan, aku jadi tergerak untuk menuangkannya. 

Sedari sore di samping Rumahku  sudah dipasang panggung dan speaker yang cukup besar. Aku fikir ini persiapan untuk malam ini yang bertepatan dengan malam tahun baru. Bahkan sedari siang lagu2 sudah diputarkan  dengan keras. Walaupun anakku yang 1 tahun menjadi terganggu tidur nya, tapi aku fikir bersabar sajalah karena Malam ini dirayakan oleh orang2 di Seluruh negara sebagai malam diawalinya tahun hidup yang baru. Ketika sore menjelang, ternyata yang hadir pada acara panggung tersebut adalah orang2 yang berbaju Ala Arab. Lho, kok..? Tapi kupikir Lagi, Mungkin mereka ingin ikut memeriahkan malam tahun baru.

Namun ketika pukul 20.00, ternyata panggung itu diadakan untuk acara agama dengan mengundang orator2 agama yang kampiun dalam memprovokasi masa. Karena ketika kudengar ceramahnya, para orator itu Justru berisi provokasi Kepada masa untuk tidak merayakan tahun baru masehi. "Tahun baru masehi adalah tahun para orang kafir, orang2 yang menolak syariat agama. Maka Kalau kita merayakannya berarti Kita orang yg sama keyakinannya dengan keyakinan orang2 kafir! ." Demikian provokasinya. Seruan itu disambut sorak sorai para hadirin panggung yang 80% adalah anak2 kecil. Begitu semangat nya orasi itu hingga bergantian oratornya. Dan isinya 11-12, menebar kebencian dan provokatif.

Aku pun jadi bingung karena sedari siang sudah kupersiapkan bertumpuk kembang api agar bisa dimainkan bersama anak2 ku. Bagaimana nanti aku menyalakannya, karena nanti ledakan api akan menarik perhatian orang2 sekitar, Padahal malam itu adalah saat dimana negara menjamin kebebasan penduduk untuk dapat sekedar merayakan malam tahun baru sebagai malam tahun baru kerja dan Kalender.

Kapolri jenderal Tito Karnavian bahkan telah menegaskan bahwa akan menangkap siapa pun yang mengganggu dan mensweeping orang2 yang merayakan Tahun baru. Begitu pula Presiden Jokowie yang merayakan Tahun baru dengan memukul gong berkali2 tanda bergantinya tahun. Bahkan di Solo Ada 5 titik tempat diadakannya panggung hiburan yang berisi kesenian dan lagu2. Tapi disebelah rumahku malah mengejek dan menghasut masa dengan orasi2 nya.

Dan ketika mendekati jam 12 malam, panggung disebelah rumahku orasinya semakin hebat dan menebar kebencian. Dengan meneriakkan yelyel dan Nama Tuhan, mereka semakin panas. Tapi saat itu Petasan di Sisi lain dari panggung sudah mulai dinyalakan untuk menyambut jam 12 malam. Di kanan, kiri, depan, belakang, bercampur dengan suara speaker yang provokatif tadi.

Tak ayal, langsung kukeluarkan amunisi kembang api dan kunyalakan. "dumm!!! TRAKTAKTAK..!! DUMM...!! PRATAKTAKTAK..!!" bunyi kembang api yang kunyalakan. Dan di sekitar panggung,  orang lain Justru lebih hebat Lagi suaranya karena yang dipasang adalah petasan perkawinan. "DEBUMMM,,,!!!" Luar Biasa keras nya.

Malam tahun baru penanggalan Masehi dicetuskan oleh Paus Gregorius  XIII pada tahun 1528 M sebagai pergantian tahun kerja sekaligus spiritual. Hari ini perayaan malam itu sudah menjadi hal yang umum dilakukan masa karena penanggalan yang disepakati untuk bisnis, Pendidikan, kerja,  dll adalah tahun Masehi. Arab Saudi hari ini Justru sudah mengubah penanggalan Kalender negara menjadi Kalender Masehi.

Begitu pula negara Kita sudah menegakkan penanggalan Masehi adalah tahun resmi negara. Artinya, penanggalan Masehi adalah penanggalan yang diatur negara sebagai ranah Publik. Sedangkan penanggalan agama di negara Kita Ada dalam ranah privat. Tidak bisa ranah privat mengatur ranah publik. Ranah2 privat harus tunduk pada ranah publik yang telah dilegalisasi negara.

Setiap agama harus taat pada peraturan negara, bukan sebaliknya. Tidak bisa hukum agama diberlakukan pada negara yang memiliki hukum yang mengatur publik. Jika Ada, itu sama dengan murid2 SD mau mengatur kepala Sekolah, Padahal murid2 SD itu mensyukuri dan menikmati aturan yang dibuat  kepala Sekolah untuk mendapatkan pendidikan sekolah. Wajar Jika kepala Sekolah berang Jika Ada murid yang mencoba mengatur murid lain dengan aturan nya sendiri.

Kegelisahan akan hari raya yang diyakini orang lain tidak perlu terjadi. Justru hal itu membuat kesan bahwa mereka yang gelisah tidak memiliki konsep untuk menjadikan hari2 yang dirayakannya menjadi hari raya publik. Tapi yang Ada hanyalah perlawanan secara sepihak dengan Cara menebar kebencian Kepada mereka yang merayakan hari raya publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun