Mohon tunggu...
Berliani  Warsah
Berliani Warsah Mohon Tunggu... 24107030143

mahasiswa ilmu komunikasi universitas Islam negeri sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Viral Anak Kos Meninggal Sendirian Karena Asam Lambung!

26 Mei 2025   23:49 Diperbarui: 26 Mei 2025   23:49 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto Berita Viral Anak Kost(Sumber: Tik Tok @Acidnomore))

Kabar meninggalnya seorang anak kos di Jakarta Barat baru-baru ini menggemparkan jagat maya. Sosok yang akrab disapa Kevin itu ditemukan tak bernyawa di dalam kamar kosnya, dua hari setelah terakhir kali terlihat oleh tetangga kos. Tak ada yang menyangka bahwa kepergiannya yang sunyi itu disebabkan oleh penyakit yang selama ini dianggap remeh: asam lambung. Peristiwa ini menjadi tamparan keras bagi kita semua, khususnya para perantau yang hidup sendiri di tanah orang, bahwa tidak semua rasa sakit bisa disembuhkan dengan tidur atau ditunda dengan alasan "nanti juga sembuh sendiri."

Dalam video yang beredar di media sosial, suasana haru dan kepanikan tergambar jelas saat jenazah Kevin dievakuasi. Bau menyengat sudah mulai tercium, tanda bahwa tubuhnya sudah lama tergeletak tak bernyawa. Ia hidup sendiri, dan ironisnya, ia pun meninggal tanpa seorang pun menyadarinya. Menurut informasi yang beredar, Kevin sebelumnya mengeluhkan rasa perih di lambung yang berkepanjangan. Ia mengira itu hanya maag biasa, dan memilih menahan rasa sakitnya sambil tetap menjalani rutinitas sehari-hari. Namun ternyata, yang ia derita bukan sekadar maag biasa, melainkan GERD atau gastroesophageal reflux disease, sebuah kondisi kronis di mana asam lambung naik ke kerongkongan dan bisa menyebabkan komplikasi serius.

(Foto Replika Asam Lambung(Sumber: Rumah Sakit Gading Pluit))
(Foto Replika Asam Lambung(Sumber: Rumah Sakit Gading Pluit))
GERD sering dianggap sepele karena gejalanya mirip dengan maag atau masuk angin. Padahal, jika dibiarkan tanpa penanganan medis, penyakit ini bisa menyebabkan peradangan parah, luka di kerongkongan, hingga gangguan pernapasan. Bahkan dalam kasus yang sangat jarang, GERD bisa memicu kematian, terutama jika penderita mengalami refluks asam yang parah saat tidur dan tak mampu bangun atau meminta pertolongan. Kemungkinan ini diperkuat dengan kondisi Kevin yang tinggal sendiri dan tidak segera mendapatkan bantuan medis.
Peristiwa ini menyadarkan banyak orang bahwa tinggal di kos bukan hanya soal mandiri, hemat, atau bebas. Ada risiko yang menyertai kesendirian itu, terutama ketika sakit datang. Dalam kehidupan anak kos, sakit seringkali dianggap bagian dari perjuangan. Sakit bukan alasan untuk berhenti bekerja, bukan pula alasan untuk pulang kampung. Banyak dari mereka yang memilih menahan sakit sendirian, menelan obat seadanya, atau sekadar tidur berharap esok membaik. Padahal, tubuh punya batas, dan tidak semua sakit bisa ditangani dengan istirahat semata.

Kevin bukan hanya satu dari sekian banyak anak kos yang hidup dalam sunyi. Ia adalah representasi dari realitas yang jarang dibicarakan: kesepian dan keterbatasan dalam menjaga kesehatan sendiri. Tidak semua anak kos punya cukup uang untuk periksa ke dokter, membeli obat yang tepat, atau bahkan sekadar mendapatkan asupan makanan bergizi setiap hari. Banyak yang hanya mengandalkan mie instan, kopi, dan begadang, seolah semua itu adalah paket lengkap kehidupan perantau. Dalam jangka panjang, pola hidup seperti itu menjadi ladang subur bagi penyakit lambung seperti GERD berkembang tanpa disadari.

Ironisnya, kematian Kevin baru diketahui setelah ia tidak masuk kerja selama dua hari dan tidak membalas pesan dari teman-temannya. Barulah salah satu rekan memutuskan untuk mendatangi kos dan meminta bantuan penjaga membuka kamar. Di situlah tubuh Kevin ditemukan, terbujur kaku, dengan kondisi kamar yang masih rapi dan sunyi. Tidak ada tanda-tanda kekerasan, tidak pula ada barang-barang berserakan. Seolah-olah ia memang hanya sedang beristirahat, tapi untuk selamanya.

Kisah ini viral bukan hanya karena menyedihkan, tapi karena sangat relevan dengan kehidupan banyak orang. Banyak warganet yang mengaku takut dan tersentuh. Tidak sedikit pula yang mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, terutama kesehatan lambung. Sejumlah dokter pun ikut angkat bicara, menjelaskan bahwa meskipun kasus meninggal dunia akibat GERD sangat jarang, bukan berarti mustahil. Apalagi jika tidak ditangani dengan benar sejak awal.

Perlu ada kesadaran kolektif bahwa sakit bukan aib, dan meminta pertolongan bukan tanda kelemahan. Terlebih bagi para anak kos, penting untuk memiliki jaringan sosial yang saling peduli. Bukan hanya sekadar menyapa di grup WhatsApp, tetapi benar-benar hadir ketika ada yang sakit atau menghilang tanpa kabar. Dalam dunia yang semakin individualis, kepedulian menjadi barang mahal, dan tragedi seperti yang dialami Kevin bisa terulang kapan saja, di mana saja.

Kematian Kevin adalah peringatan nyata bahwa hidup sendiri membutuhkan kesiapan lebih dari sekadar kemandirian finansial. Kita perlu belajar mengenali gejala tubuh, memahami kapan harus beristirahat, dan kapan harus meminta bantuan. Tidak semua orang seberuntung mereka yang tinggal bersama keluarga, yang langsung diantar ke rumah sakit saat demam tinggi. Bagi anak kos, semua harus ditangani sendiri, dan itulah sebabnya mengenali tanda bahaya sejak dini menjadi sangat penting.

Peristiwa ini juga seharusnya menggugah pemilik tempat kos untuk lebih peduli terhadap penghuni mereka. Bukan berarti harus ikut campur urusan pribadi, tetapi sekadar menanyakan kabar atau memperhatikan jika ada kamar yang tidak pernah terbuka dalam waktu lama bisa menyelamatkan nyawa. Begitu pula dengan teman sekamar atau satu lantai. Jangan ragu untuk mengetuk pintu, menanyakan kabar, atau memastikan semuanya baik-baik saja, apalagi jika seseorang tiba-tiba menghilang dari rutinitas.

Kisah Kevin akan terus dikenang sebagai pengingat akan rapuhnya hidup dalam kesendirian. Sebuah nyawa melayang bukan karena kecelakaan, bukan pula karena kekerasan, tapi karena sakit yang dianggap biasa. Mungkin ini saatnya kita bertanya: berapa banyak dari kita yang menunda ke dokter karena merasa bisa sembuh sendiri? Berapa banyak dari kita yang memilih tidur dengan perut nyeri, berharap esok membaik? Dan yang lebih penting lagi, siapa yang akan tahu jika kita tidak pernah bangun lagi?

Kini Kevin telah pergi, meninggalkan pelajaran besar bagi siapa pun yang hidup jauh dari rumah. Jangan remehkan sakit, jangan tunda periksa, dan jangan biarkan diri tenggelam dalam sunyi tanpa suara. Karena dalam hidup yang sendiri, kepedulian bisa jadi satu-satunya penyelamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun