Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Setiap Kali Ayah Bepergian, Saya Jatuh Sakit

24 Oktober 2020   21:05 Diperbarui: 26 Oktober 2020   04:04 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ayah dan Anak Perempuan (Sumber : Pexels.com/Tatiana Syrikova)

Karena ayah aktif berorganisasi, dan memang itu kesenangannya, beberapa malam dalam seminggu ayah akan sibuk di luar rumah dengan kegiatan organisasinya. Biasanya ayah akan berangkat pada pukul 7 malam, dan kembali lewat pukul 10 malam. 

Sejak saya tidak pernah lagi jatuh sakit karena kepergian ayah, kebiasaan unik lainnya muncul.

Setiap ayah pergi, saya selalu merasa seperti berpisah dengan pacar. Sambil mengantar ayah di depan pintu, saya selalu mengucapkan doa berulang-ulang di dalam hati, agar ayah kembali ke rumah dalam keadaan selamat. Dan selama ayah belum kembali, saya belum bisa tidur. Padahal ayah pergi beberapa jam saja.

Pukul berapapun ayah pulang, saya selalu menunggu, walau hanya menunggu di tempat tidur. Ketika saya mulai mendengar suara deru motor ayah dari jauh, hati saya pun lega. rasanya bahagia sekali, seolah kekasih hati saya kembali dengan selamat.

Tatkala saya berangkat ke Pulau Jawa untuk melanjutkan kuliah di Kota Bogor, sepanjang perjalanan saya menangis diam-diam karena berpisah dari ayah. Kebetulan ayah tidak bisa mengantar karena kesibukan di sekolah. Saya hanya diantar Ibu dan adik laki-laki saya.

Dalam perjalaman itu, saya sadar, saya tidak akan pernah lagi tinggal serumah dengan ayah. Saya sadar, bahwa sejak hari itu saya hanya akan berkumpul bersama Ayah beberapa hari dalam setahun, bahkan bisa lebih dari satu tahun. Menyadari hal itu membuat saya sedih dan merasa sangat kehilangan.

Kecintaan yang begitu mendalam pada orang tua, membuat saya selalu melangkah hati-hati dalam setiap fase kehidupan. Tidak ingin mempermalukan mereka, dan selalu ingin membuat mereka bahagia.

Saat saya menikah, ayah menjadi orang yang paling berbahagia. Pasalnya, saya satu-satunya anak yang menggelar pesta pernikahan di rumah. Sebagai wujud bahagianya, ayah bahkan menggelar perayaan selama dua hari. Di hari pertama, khusus pemberkatan nikah di Gereja dan perhelatan acara adat. Di hari kedua digelar resepsi untuk umum.

Kini Ayah sudah bersama Bapa di surga. Empat tahun yang lalu beliau pergi kembali pada Sang Pencipta. Waktu itu adalah hari-hari tersulit dalam hidup saya. Kepergiannya seolah membawa pergi separuh jiwa saya. Berbulan-bulan setelahnya, saya masih menangisi diam-diam kepergiannya.

Walaupun begitu satu hal saya syukuri, Ayah sakit, dirawat dan berpulang di kota tempat saya tinggal kini. Kami anak-anaknya pun sepakat untuk memakamkannya juga di sini. Dengan begitu, saya bisa mengunjungi dan berziarah ke tempat peristirahatan terakhirnya kapan saja saya merindukannya.

"Salam sayang dan hormatku selalu untukmu, Ayah..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun