Mohon tunggu...
Tryas Febrian
Tryas Febrian Mohon Tunggu... Programmer - Complex

I love your writing

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ego Manusia

1 April 2021   21:42 Diperbarui: 1 April 2021   21:56 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : https://tipsforlives.net

Jeda yang cukup lama tepat sebelum aku menyadari bahwa ratusan hari kemarin telah aku lalui dengan begitu cepatnya. Rasa takut, keraguan, dan hal-hal lain yang hanya menimbulkan kebingungan entah kenapa sering datang secara deras. Rasanya ingin hilang saja dan tidak bertemu dengan pilihan-pilihan hidup. Mencoba memperbaiki masa lalu, khawatir akan masa depan sampai pada akhirnya hari ini terlewati begitu saja, tanpa makna dan kesadaran. 

"Ketika aku bangun di pagi hari, menuangkan teko berisi air panas lalu membuat secangkir kopi, menyapa matahari. Membuat sebuah lagu dan bernyanyi bersama burung-burung, mereka pun berkicau seolah mengerti tentang lagu cinta yang aku buat"

Ah, bisakah bahagiaku hanya sesederhana itu? Minum kopi, menghadap ke jendela sambil bersyukur atas matahari pagi. 

-

Kehidupan sosial yang menjadi semakin intens, bertemu banyak orang, bertemu seseorang. Aku yang sebelumnya melakukan hal-hal sendirian kini harus berbagi kehadiran. Aku yang biasa berjalan dengan dua kaki, kini empat lebih sering menopang pada setiap perjalanan. Ponsel pun bukan lagi teman setia, aku lebih ingin "hadir" ketika sedang bersama manusia lain. Beberapa tahun terakhir memang menjadi titik balik kehidupanku, banyak hal yang tak lagi sama. 

Sebelum ini, melepas beberapa hal menjadi pelajaran amat mudah. Memikirkan apa yang dikatakan orang lain, memikirkan bagaimana seharusnya sikap orang lain, bagaimana aku sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain, berharap pada sesuatu secara berlebihan, itu semua hampir tidak pernah terpikirkan.

Lalu sekarang aku begitu bergantung pada sikap seseorang, begitu berharap seseorang melakukan hal-hal tertentu, dan ingin diperlakukan begini dan begitu. Aku merasa tamak dan bodoh. Tapi ini seharusnya bukan hal yang perlu disesali dengan berlebihan. Kabar baiknya adalah, aku belajar lagi satu hal.

Aku memang belum tuntas dengan pelajaran "melepas". Dan aku yakin kelak jika aku bisa "melepas" secara total, itu akan menjadi hal yang paling sublim dalam hidupku. Memikirkannya saja sudah mampu membuat perasaan menjadi tenang. Sekarang aku siap, bahkan tak sabar menghadapi hari itu dengan bahagia. 

Dan hari ini pula aku sadar, tak seorangpun mampu menguatkanku, tidak ada. Akulah pemilik kuasanya. Aku lah yang mampu menguatkan diriku sendiri pada akhirnya. Walaupun katanya manusia diciptakan berpasang-pasangan tapi nyatanya kita tetaplah satu individu, tak bisa melebur dengan individu lain. Kita hanya melengkapi, bukan melebur. 

Aku tak berkuasa atas kamu. Begitupun kamu. Lakukan peranmu sesuai keinginanmu. Akupun akan melakukan peranku sebaik mungkin, sesuai dengan yang seharusnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun