KRL Lintas Bekasi-Cikarang resmi beroperasi 8 Oktober 2017 lalu. Empat stasiun yang dioperasikan yaitu Stasiun Bekasi Timur, Tambun, Cibitung, dan Cikarang. Pengoperasian empat stasiun baru ini digadang-gadang dapat memberi alternatif transportasi baru bagi warga Kabupaten Bekasi yang beraktivitas di Ibu Kota serta dapat mengurangi kepadatan di Stasiun Bekasi.
Namun benarkah pengoperasian KRL hingga ke ibukota Kabupaten Bekasi tersebut benar-benar mempermudah mobilitas warga, terutama yang setiap hari beraktivitas di Jakarta?
Sebagai salah satu warga Kabupaten Bekasi yang hampir setiap hari menggunakan transportasi massal tersebut untuk menuju kampus, saya belum merasakan dampak yang signifikan dari pengoperasian empat stasiun baru di wilayah Kabupaten Bekasi ini.
Setiap harinya, pemberangkatan dari dan menuju stasiun Cikarang hanya tersedia masing-masing 16 pemberangkatan, dengan jarak antara pemberangkatan yang satu dengan yang lainnya masing-masing sekitar satu jam. Arrmada yang terbatas ini tak sebanding dengan jumlah penumpang yang naik dari tiap-tiap stasiun, terutama saat jam berangkat kantor. Terlambat satu menit saja, kita harus merelakan satu jam lagi waktu kita terbuang sia-sia untuk menunggu kereta selanjutnya. Bagi yang tak sabar menunggu, alternatifnya adalah naik kereta dari stasiun Bekasi, yang tentunya jaraknya lebih jauh namun pemberangkatan terjamin setiap 10-15 menit sekali. Dan sebagai manusia yang memiliki kadar kesabaran cukup tipis, saya seringkali memakai alternatif ini.
Saya sendiri tidak dapat terlalu merasakan perbedaan ada atau tidak adanya KRL lintas Cikarang karena lebih sering tetap naik dari Stasiun Bekasi.
Masalah lain yang ditimbulkan selain buang-buang waktu adalah, luar biasa padatnya penumpang, khususnya pada pagi hari sekitar jam 6 hingga jam 8. Kereta yang sudah sesak penumpang dari keempat stasiun tersebut masih harus didesak oleh penumpang yang memaksa naik dari stasiun Bekasi, Kranji, dan Cakung. Walaupun sama penuhnya dengan kereta yang memulai pemberangkatan dari Stasiun Bekasi, namun kereta dari Cikarang pasti selalu lebih sesak dan overload. Bahkan terkadang saya berfikir kereta ini bisa terguling sewaktu-waktu saking penuhnya.
Berbeda dengan KRL lintas Bekasi-Jakarta Kota, atau Bogor-Jakarta Kota, atau bahkan Tanah Abang-Parung Panjang yang biasanya hanya penuh dan sesak pada jam tertentu, KRL lintas Cikarang-Jakarta Kota selalu penuh di setiap pemberangkatannya, bahkan hingga pemberangkatan terakhir. Menurut saya hal ini terjadi karena tidak sebandingnya jumlah penumpang dengan jumlah armada yang tersedia.
Tak hanya berfokus pada jumlah armada, masalah lain yang menyulitkan penumpang adalah fasilitas yang belum maksimal seperti AC yang seringkali tidak dingin, hingga jadwal pemberangkatan yang sering tidak jelas.
Saya rasa PT. KJC selaku penanggungjawab KRL Trans Jabodetabek perlu mengevaluasi hal ini, dan mempertimbangkan penambahan armada untuk KRL lintas Cikarang, agar warga Kabupaten Bekasi dapat merasakan manfaat KRL dengan maksimal.
Penulis : Zahra