Musim kemarau tidak lagi menjadi penghalang bagi petani Gunung Kidul untuk menanam padi. Padi bisa dipanen dengan hasil yang memuaskan meski di musim kemarau. Hal ini dikarenakan petani menerapkan sistem tanam "Culik".
Sistem Culik ini diperkenalkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian. Sistem ini diterapkan dengan tujuan optimalisasi pemanfaatan hujan melalui manajemen waktu tanam dengan mempercepat waktu tanam. Berikut ini adalah empat hal tentang kelebihan dan teknik sistem tanam culik yang bisa Anda pelajari seperti yang dilansir dari laman resmi Kementerian Pertanian RI.
1. Petani Lebih Produktif saat Kemarau
Sistem ini menjadikan petani lebih produktif saat kemarau. Yang biasanya menanam dua kali dalam setahun, dengan sistem tanam tersebut petani mampu menanam sampai tiga kali dengan pola urutan padi-padi-jagung atau tembakau.
2. Menculik Waktu Start
Dinamakan "culik" karena penyemaian padi dilakukan dengan mempercepat atau mencuri start waktu tanam. Selang 7 sampai 20 hari setelah padi dipanen, petani menanam padi lagi. Jadi, saat padi berbunga masih ada hujan.
3. Meningkatkan Indeks Pertanaman (IP)
Indeks Pertanaman atau IP merupakan rerata masa tanam dan panen dalam satu tahun pada lahan yang sama. Dengan sistem tanam "culik", dipercaya mampu meningkatkan IP dengan rata-rata 4,6-4,9 ton per hektar.
4. Menambah Persediaan Pakan Ternak
Petani tak perlu membeli pakan ternak yang diperoleh dari luar daerah. Jerami dari padi yang dipanen bisa menjadi persediaan pakan ternak. Jadi petani bisa mendapatkan hasil ganda dengan adanya sistem tanam culik tersebut.
Itulah empat hal terkait sistem tanam culik yang membuat petani Gunung Kidul tetap produktif dan mendapatkan hasil panen yang cukup memuaskan. Sistem tanam culik ini saya kira menjadi kearifan lokal baru yang bisa dimanfaatkan oleh petani di daerah yang sering mengalami kekeringan saat kemarau, seperti Gunung Kidul.