Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pergeseran Budaya Kerja di Era AI, Apa yang Harus Diketahui Pekerja Indonesia?

12 Agustus 2024   08:05 Diperbarui: 12 Agustus 2024   13:39 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Penggunaan Robot Dalam Pelayanan (Sumber: freepik.com)

Kecerdasan buatan (AI) telah menjadi salah satu teknologi paling transformatif dalam beberapa dekade terakhir. Kehadirannya mulai mengubah cara kita hidup dan bekerja, memengaruhi hampir semua sektor industri, termasuk di Indonesia. 

Seiring dengan perkembangan AI, budaya kerja di banyak perusahaan dan organisasi juga mengalami perubahan signifikan. Pekerja di Indonesia perlu memahami bagaimana AI akan memengaruhi pekerjaan mereka, jenis pekerjaan apa yang berisiko terdisrupsi, dan keterampilan apa yang harus mereka kembangkan untuk tetap relevan di pasar kerja yang semakin kompetitif.

Pengaruh AI Terhadap Budaya Kerja di Indonesia

AI telah mengubah cara kerja di berbagai sektor. Di pabrik-pabrik, misalnya, otomatisasi yang didukung oleh AI menggantikan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh manusia, seperti perakitan dan pengemasan. Di sektor layanan, chatbot dan asisten virtual kini mulai mengambil alih tugas-tugas layanan pelanggan yang dulunya membutuhkan interaksi manusia. Ini hanyalah beberapa contoh dari bagaimana AI mengubah cara kita bekerja.

Di Indonesia, transformasi ini menghadirkan tantangan unik. Banyak perusahaan mulai berinvestasi dalam teknologi AI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Dengan demikian, ada pergeseran dari model kerja tradisional ke model kerja yang lebih digital dan berbasis data. 

Proses bisnis yang sebelumnya memakan waktu kini dapat diselesaikan lebih cepat dengan bantuan AI, dan keputusan-keputusan strategis semakin didasarkan pada analisis data yang dihasilkan oleh sistem AI.

Namun, perubahan ini juga membawa dampak pada budaya kerja. Pekerja kini dituntut untuk lebih adaptif dan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang teknologi. Kemampuan untuk bekerja dengan data dan memahami algoritma dasar AI menjadi keterampilan yang semakin dihargai. Selain itu, dengan AI yang mengambil alih tugas-tugas rutin, fokus pekerjaan manusia bergeser ke tugas-tugas yang membutuhkan kreativitas, pemecahan masalah, dan interaksi interpersonal.

Pekerjaan yang Berisiko Terdisrupsi oleh AI

AI memiliki potensi untuk mengotomatisasi pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berulang dan berbasis aturan. Di Indonesia, beberapa pekerjaan yang berisiko terdisrupsi oleh AI antara lain:

1. Pekerjaan Manufaktur: Otomatisasi di pabrik-pabrik sudah mulai mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia di lini produksi. Mesin-mesin cerdas dan robot industri dapat melakukan tugas-tugas seperti perakitan dan pengemasan dengan lebih cepat dan efisien.

2. Layanan Pelanggan: Chatbot dan asisten virtual yang didukung AI semakin banyak digunakan untuk menangani pertanyaan dan masalah pelanggan. Ini mengurangi kebutuhan akan staf layanan pelanggan manusia di perusahaan-perusahaan.

3. Pekerjaan Administratif: Banyak tugas administratif, seperti pengolahan data, pengarsipan, dan pengelolaan inventaris, dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat oleh sistem AI. Hal ini mengurangi kebutuhan akan pekerjaan administratif manual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun