Hari ini saya hampir lupa bahwa setiap 8 September dunia merayakan Hari Aksara Internasional (HAI). Berdasarkan Konferensi Tingkat Menteri Negara-negara Anggota PBB pada tanggal 17 November 1965 di Teheran, Iran, UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menetapkan tanggal 8 September sebagai Hari Aksara Internasional (International Literacy Day).
Mengapa UNESCO sampai menganggap perlu ditetapkannya HAI? Menurut situs resmi UNESCO, literasi merupakan hak asasi manusia, alat pemberdayaan pribadi dan sarana bagi pembangunan sosial dan manusia. Jika pada dekade 2003-2013 HAI selalu dikaitkan dengan pemberantasan buta huruf, namun kini lebih menghubungkan keaksaraan dengan pembangunan sosial-ekonomi.
Tema Hari Aksara Internasional tahun ini "Literacies for the 21st Century" menyoroti kebutuhan untuk mewujudkan keterampilan keaksaraan dasar untuk semua serta melengkapi semua orang dengan keterampilan keaksaraan lebih lanjut sebagai bagian dari pembelajaran seumur hidup.
UNESCO menyebut literasi sebagai jantung pendidikan dasar untuk semua, dan penting untuk memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, membatasi pertumbuhan penduduk, pencapaian kesetaraan gender dan memastikan pembangunan berkelanjutan, perdamaian dan demokrasi.
Irina Bokova, Direktur Jenderal UNESCO, mengatakan, “Literasi bukan hanya tentang pendidikan, tapi merupakan investasi utama untuk masa depan dan langkah pertama menuju semua bentuk-bentuk baru literasi yang diperlukan dalam abad kedua puluh satu. Kami ingin melihat satu abad di mana setiap anak dapat membaca dan menggunakan keterampilan ini untuk mendapatkan otonomi.”
Bagaimana Dunia merayakan HAI?
UNESCO seperti biasa akan menyerahkan penghargaan kepada peraih UNESCO International Literacy Prizes yang tahun ini jatuh kepada perwakilan dari India, Bangladesh, Chad, Pantai Gading dan Namibia.
Di India, sejumlah seniman menampilkan persembahan khusus ini dengan tulisan-tulisan di atas payung. Di Montreal Canada, tahun lalu HAI dirayakan di rumah sakit anak-anak. Di Nepal, anak-anak SD melakukan bazaar buku di sekolah mereka, juga pawai mengkampanyekan HAI.
Saya sendiri biasanya melakukan beberapa kegiatan literasi dengan teman-teman dari komunitas yang berhubungan dengan baca-tulis. Entah sekadar gathering atau diskusi perbukuan. Tapi entah mengapa hari ini lupa.
Bagaimana dengan Kompasianer? Saya sengaja tidak bertanya kepada pemerintah kali ini. Soalnya, sejak Juni lalu saya sudah dapat kabar, rencana HAI tingkat nasional di Kalimantan Barat dibatalkan karena Pak menteri sedang sibuk.