Ratusan diaspora Jawa yang berasal dari berbagai negara dan wilayah di Indonesia berkumpul di Hotel Dana, Solo pada Senin (9/6/2025) untuk  mengikuti pra-acara Kongres Diaspora Jawa Internasional ke-6 tahun 2025.
Pembukaan Kongres Diaspora Jawa Internasional-Global Javanese Diaspora (DJI-GJD)Â atau yang sebelumnya dikenal dengan nama Javanese Diaspora Event keenam dibuka oleh Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di depan para peserta yang berasal dari Belanda, Suriname, Singapura, dan berbagai wilayah dari seluruh Indonesia.
"kami sudah 10 tahun membina dan mendampingi komunitas Diaspora ini, mereka tersebar dari ujung Atlantik hingga ujung Pasifik dari Belanda, Malaysia, Singapura, Suriname hingga Kaledonia Baru. Setiap dua tahun mereka berkumpul kembali ke tanah Jawa untuk nguri-uri budaya dan sejarah leluhur mereka, kebanyakan dari mereka adalah keturunan buruh kontrak yang dibawa pemerintah Kolonial Belanda ke Suriname dan Kaledonia Baru"
Kanjeng Wiro sapaan akrab beliau menuturkan pula sebagai tuan rumah yang baik sudah semestinya kita menyembut mereka penuh suka cita sebagai bagian dari masyarakat Jawa. Dipilihnya Surakarta dan Yogyakarta sebagai tempat diselenggarakannya rangkaian Kongres Diaspora Jawa Internasional tak lepas dari trah Keraton Mataram sebagai pusat kebudayaan dan perkembangan masyarakat Jawa.
Ine WawoRuntu selaku ketua panitia Kongres Diaspora Jawa Internasional 2025 menerangkan penyelenggaraan tahun ini merupakan yang ke-enam kali sejak diadakan pertama kali tahun 2014. Konsep acara terus berkembang setiap penyelenggaraanya "Kami tidak hanya fokus pada acara berkumpul dan bercakap-cakap namun acara ini haruslah berkelanjutan, di tahun inipun kami memiliki concern program di bidang kesehatan, pariwisata dan juga pelestarian warisan budaya sejarah".
Dalam kesempatan lain diaspora Jawa yang berasal dari Belanda yang sekaligus Koordinator Global Javanese Diaspora Juliet Moeljorejo mengatakan "kami sangat senang bisa berada di tanah leluhur kami, walaupun sebagian besar dari kami lahir di Belanda dan Suriname yang jauh dipisahkan samudera tapi kami semua memiliki kerinduan yang sama.
Sebagian dari kami tidak begitu lancar berbahasa Jawa seperti saya juga yang perlu banyak belajar, tapi kami tahu kemanapun kami pergi kami adalah orang Jawa".
Co-founder dari Global Javanese Diaspora yang juga berasal dari Belanda yaitu Jakiem Asmowidjojo atau lebih sering dikenal dengan Pak Jakiem, menuturkan "Bahkan kami bahkan hanya mendengar cerita tentang tanah Jawa dari kakek dan nenek atau bahkan buyut kami yang mereka benar-benar lahir di sini, kami memang lahir jauh dari tanah Jawa tapi leluhur kami selalu menceritakan keindahan tanah Jawa, maka dari itu timbulah kerinduan dan kecintaan kami pada tanah Jawa dan rasa ingin kembali itu yang ingin kami lestarikan".