Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa yang Terkabul di Hari Kemenangan

25 Mei 2020   06:47 Diperbarui: 25 Mei 2020   08:05 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari yang berbahagia harus tetap tenang dan bersahaja. Di hari raya Idul Fitri yang berbeda,  dimana harus melaksanakan solat Id di rumah. Sungguh terasa aneh sebenarnya,  tapi harus diterima dengan legawa.

Alhamdulillah di tempat penulis solat Id yang dilarang di masjid akhirnya terlaksana berjamaah walau hanya dengan para tetangga dekat di sepanjang jalan depan rumah kami. Kurang lengkap rasanya bila sebulan penuh berpuasa tanpa solat Id, bagi kami yang awam sedikit kebingungan bila solat sendiri, dengan solat berjamaah bersama tetangga cukup bagi kami untuk bisa menikmati kemenangan di awal bulan Syawal. Tapi ada yang perlu diketahui bahwa dibalik semua peristiwa ada terselip dari doa-doa yang dipanjatkan. Entah dalam bentuk obrolan atau keluh kesah.

Ada kisah sebut saja Ratri yang pernah mengeluhkan betapa sebalnya dengan keadaan jalan raya ketika lebaran yang selalu macet.  Dia berhayal andai jalanan sepi dan lengang seperti jaman dahulu yang hanya ada dokar atau oplet saja yang lewat.

Lalu Dona yang enggan untuk berkunjung ke teman atau tetangga untuk bersilaturahmi,  dia ingin hanya di rumah saja,  menikmati acara televisi atau melihat drama korea. Dia ingin di rumah tanpa bersusah payah ke sana ke mari.

Dua keinginan dari dua orang yang berbeda yang tanpa mereka sadari terkabul doanya saat ini. Dan masing-masing menikmati idul fitri yang berkesan sesuai dengan versi masing-masing.

Ratri bisa bersilaturahmi dengan tenang tanpa kemacetan karena lebaran saat ini diberlakulan PSBB sehingga hampir lengang jalanan. Benar-benar bagai jaman dahulu, sunyi.

Begitu pula dengan Dona, ternyata dia benar berada di rumah tapi bukan dengan kondisi baik-baik saja dia tidak bisa menikmati lebaran karena sakit gigi yang tiba-tiba datang. Sedang dokter gigi belum diperbolehkan melayani pasien.

Dari pengalaman kisah di atas alangkah baiknya selalu menjaga apa yang diangan-angankan, lebih baik memupuk harapan baik saja. Karena dibalik keinginan dan harapan ada doa dari hati yang akan tetkabul. Bukankah demikian?

Mungkin tahun ini memang ada perbedaan yang tidak diinginkan semua orang cara merayakan Idul Fitri tidak seperti tahun lalu, namun harus tetap ditumbuhkan kegembiraan dari dalam hati, menikmati segala keadaan dengan gembira dan keikhlasan adalah cara kita untuk bersyukur pada Allah. Alhamdulillah masih ada cara lain untuk bisa tetap menjalin silaturahmi dan menjaga komunikasi secara virtual.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441H, semoga kita mendapat keberkahan di hari kemenangan.

Senin,  25.05.2020
swarna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun