Keseharian hidup kita tidak pernah terlepas dari kebersamaannya dengan yang lain. Dalam bahasa Jawa, "yang lain" biasa disebut Lyan. Mereka adalah orang-orang terdekat seperti, sahabat, keluarga atau orang tua. Juga orang yang baru kita jumpai atau orang asing.
Kebersamaan dengan yang lain pada akhirnya mengajak kita untuk memahami apa yang totalitas atau keseluruhan. Sangat penting untuk memahami keseluruhan  ini dalam hidup kita setiap hari.Â
Terutama agar kita melihat orang secara secara keseluruhan, bukan secara parsial. Parsial yang dimaksudkan bahwa kita melihat orang lain hanya dari sudut tertentu dan mengabaikan yang lainnya. Misalnya, cantiknya, gantengnya, dan pintarnya saja, sedangkan kualitas yang lain tidak diperhitungkan. Terutama yang sering terlupakan ialah kodrat kemanusiaannya atau "itunya" dari seorang.
Tentang aktivitas keseharian, saya tertarik untuk membahas kata dan perbuatan. Kata dan perbuatan adalah bagian dari manusia, bagian dari keseharian hidup kita. Jika kata sering disebut cerminan hati, ungkapan hati, maka kita bisa membayangkan, betapa kata-kata kita itu penting. Bahkan sangat penting untuk berkata-kata.
Kita sering mendengar ungkapan ini, "Mulutmu harimaumu." Ungkapan ini bernada teguran, bahwa kata-kata kita mencerminkan identitas kita. Â Berkata-kata bukan saja supaya tidak dibilang bisu, tetapi lebih dari itu, sebagai bagian dari keseluruhan. Bagian dari aktivitas keseharian.
Perbuatan memaksudkan sebuah aktivitas. Aktivitas yang dilakukan manusia dalam wujud tindakan (action). Perbuatan lahir dari kesadarannya sebagai makhluk rasional dan relasional yang sadar akan pengalaman sebagai eksistensinya. Perbuatan dengan demikian adalah perkara intelek dan hati yang harus diselaraskan dalam
Rupanya persoalan dunia kita ialah tentang ini, ketidakselarasan antara kata dan perbuatan. Keseharian hidup kita menunjukkan dengan amat jelas bagaimana ketidakselarasan ini menjadi problem emblematis. Bahkan menjadi rahasia umum bahwa kita sendiri sering menciptakan ketidakselarasan itu. Ketika kata dengan perbuatan kita tidak selaras atau berbuat berseberangan dengan nasihat kita kepada orang lain, pada saat itu sebenarnya kita sedang menciptakan ketidakseimbangan. Kita ikut menciptakan persoalan dalam dunia.
Kita menyoroti persoalan ini setiap hari. Terutama kepada para pemimpin. Entahlah, pemimpin macam apa yang kita hadapi setiap hari. Atau mungkin anda adalah pemimpin bagi banyak orang.Â
Yang pasti para pemimpin adalah mereka yang banyak berkata-kata kepada orang lain, memberi nasihat, ajaran, teguran, dan yang lainnya. Para pemimpin biasanya adalah orang-orang yang lebih tua, punya jabatan atau kuasa, punya otoritas tertentu atau semacamnya.
Menarik untuk direnungkan, ternyata para pemimpin menciptakan lebih banyak ketidakseimbangan dalam dunia kita. Tidak perlu menuntut bukti matematis untuk menunjukkan kebenaran ini. Keseharian hidup kita sudah sangat jelas membuktikan hal ini.Â
Ambil misal, Mereka yang melakukan korupsi, menjerat yang tak bersalah, membalikkan kebenaran, kolusi, nepotisme, dan sederetan kejahatan lainnya. Kita kadang mengutuki dan mencemooh pemimpin yang demikian.