Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Guru - GURU

Writing is a call to serve others and love God. Because everything I have comes from God

Selanjutnya

Tutup

Music

Musik dan Kesederhanaan

8 September 2018   17:50 Diperbarui: 8 September 2018   18:19 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
clipart-library.com/rock-guitar.html

Hampir semua orang di dunia suka musik. Di mana-mana terdengar musik. Di rumah, di pinggir jalan, di toko, bahkan di dalam kamar mandi sering terdengar musik. Saking sukanya orang mendengarkan musik, ada yang bahkan kecanduan musik. Tiada saat baginya tanpa mendengarkan musik.

 Musik seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Ini cukup terdengar jelas dari para pencinta musik. Cerita-cerita kesuksesan mereka di dunia musik, bermula dari kecanduan mendengarkan musik. Sering mereka mengatakan musik adalah jiwaku.

Bagiku musik bukan sekedar lantunan irama. Musik sering menjadi penyemangat. Di kala suasana hati lagi galau, musik sering kali hadir sebagai obat penenang. Singkat kata, musik adalah my hobby.

Hanya yang beda ialah, aku bukan pecandu musik. Mungkin karena duniaku bukan di situ. Aku hanya membutuhkannya jika aku mau. Saat aku duduk sendiri di kamar, aku lebih suka mendengarkan musik. Kadang-kadang aku menyanyi lagu yang kudengar, sekedar mengisi waktu dan melatih suara.

Menarik bahwa, berbicara tentang musik seolah tidak pernah habis. Aku sering mendengar orang mengatakan bahwa musik adalah bagian dirinya. Bahkan musik adalah hidupnya. Perkataan itu sering kali diucapkannya. Dan perkataan itu sering kali sungguh diwujudkan melalui dunianya yang amat simpatik dengan musik. Jika diibaratkan dengan kebutuhan hidup, musik itu bagai makanan. Layaknya orang tidak bisa hidup tanpa makanan, ia juga tidak bisa hidup tanpa musik. Musik membuat dia hidup dan membuat hidupnya lebih berarti.

Namun hidup tidak sama dengan musik. Jika hidupku adalah musik, kata penggemar musik, aku masih menyangsikannya. Hidup bagi kebanyakan orang tentu lebih berharga dari pada dihidupkan oleh karena musik. Orang lain misalnya tidak bisa digantikan dengan musik. Jiwa boleh musik, tetapi orang lain harus lebih dari sekedar mendengarkan musik dan menciptakan musik. Orang lain adalah adanya diriku. Sebab aku tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain.

Dalam keseharian hidup, orang yang kecanduan musik sering kali sombong. Mereka menganggap mengetahui berbagai alat musik sudah menjadi segalanya, sehingga mereka sering kali menganggap rendah orang lain.

Aku ingat betul kisah Bethoven, seorang pencinta musik sekaligus menggubah lagu-lagu terpopuler abad 19 bahkan hingga kini. Ia seorang yang sederhana dan ramah terhadap orang lain. Ia bahkan menciptakan karya-karya besarnya melalui persahabatan dengan orang lain. 

Pertemuan dan interaksi dengan orang lain memberi arti tersendiri baginya. Kesempatan itu ia gunakan untuk merangkai nada-nada. Dari nada-nada itulah ia akhirnya menciptakan musik dan lagu yang tak lekang zaman. Ia tidak sombong dengan kemampuannya bermusik dan menciptakan lagu.

 Kisah Bethoven adalah kisah menarik yang patut diteladani. Kecintaan pada dunia musik tidak berarti mengabaikan orang lain. Orang lain lebih dari sekedar menghasilkan karya-karya besar yang mengharumkan nama sepanjang masa. Sebab tanpa orang lain tidak mungkin kita bisa berkreasi. Justru dalam keterbatasan dan kelebihan orang lain kita mampu melihat sisi baik kita yang bisa kita kembangkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun