Mohon tunggu...
Blessy
Blessy Mohon Tunggu... -

Pecinta makanan, yoga, dan kerajinan tangan. Menulis sebagai sarana pengembangan dan refleksi diri.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pengembangan Diri di Usia Dewasa

28 Agustus 2017   16:18 Diperbarui: 17 Januari 2018   15:02 2030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kapan ya terakhir saya belajar suatu hal yang baru?

Pertanyaan tersebut mendadak hadir di kepala saya di sebuah sore di akhir pekan, beberapa tahun yang lalu. Mungkin pada saat itu saya sudah sampai pada titik jenuh rutinitas saya. Senin sampai Jumat bekerja dari matahari terbit hingga tenggelam. Akhir pekan dilalui dengan jalan-jalan di mal yang agendanya selalu makan, nonton bioskop, dan ngopi-ngopi cantik. Rutinitas itu terkadang diselingi oleh perjalanan dinas maupun liburan, yang lagi-lagi agendanya hampir seragam. 

Mendadak saya kangen serunya masa-masa SMA dan kuliah, di mana saya banyak ditantang untuk mengembangkan diri dengan belajar sesuatu yang baru. Masa-masa itu memang sedang seru-serunya, karena toh saya sedang mencari jati diri sehingga semua hal saya coba. Mulai dari belajar line dance, taekwondo, hingga kursus menjahit. Sebagian besar sih hanya sampai di tahap sekali coba, tapi ada juga yang berkembang menjadi hobi. 

Nah memasuki dunia kerja, awalnya juga masih seru. Saya bertemu orang baru, terpapar budaya kerja yang masih belum familiar, dan juga berkenalan dengan tugas-tugas kerja serta tanggung jawab baru yang tidak pernah terbayang akan saya kerjakan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, hal-hal seru tersebut berubah menjadi rutinitas, dan saya kehilangan tantangan untuk mengembangkan diri. Kan ada pelatihan-pelatihan reguler dari kantor? Memang betul, akan tetapi biasanya pelatihan yang diberikan berhubungan dengan tugas harian kita, sehingga saya tidak merasa ada tantangan yang signifikan. 

Apakah ada akibatnya? Tentu saja. Bagaimanapun juga, saya perlu melampiaskan rasa bosan saya, dan saya menyalurkannya dengan cara yang tidak membanggakan, namun awam terjadi di mana-mana: bergosip ria. Kumpul-kumpul dan bergosip memang menyenangkan, tapi akan jadi negatif karena biasanya berujung pada mencela seseorang. 

Pikiran asal lewat di awal cerita mendadak terasa seperti tamparan bagi diri sendiri. Terlena dengan zona nyaman dan melupakan pentingnya aktualisasi diri, saya malah ikutan merendahkan orang lain untuk membuat saya merasa lebih baik. Kemudian apa yang terjadi? Seperti yang sering didebatkan para ahli psikologi, energi negatif akan mempengaruhi hidup kita secara negatif pula.

Beruntungnya bagi saya, perubahan yang dibawa energi negatif yang saya ciptakan sendiri rupanya menjadi peluang untuk membuka lembaran baru. Pelajaran terpenting dari buah pemikiran dadakan di sore hari itu kemudian saya pegang erat hingga saat ini, yaitu betapa pentingnya proses aktualisasi diri, terutama di usia dewasa.

Nah bagaimana dong mengembangkan diri di tengah rutinitas yang kita miliki? Ya bisa bermacam-macam bentuknya. Pengalaman pribadi saya, yang paling mudah adalah dengan berolah raga. Selain dianjurkan dokter untuk menjaga kesehatan, olahraga juga bisa menjadi sarana mengembangkan diri yang efektif. Apapun olahraga yang kita geluti, pastinya kita akan merasa tertantang untuk terus melawati batas-batas diri kita. Olahraga lari misalnya, yang bisa menyelesaikan 1 km pasti tertantang untuk bisa menyelesaikan 2 km, 3 km, 4 km, dan selanjutnya. Contoh lain adalah yoga. Yang tadinya hanya bisatree pose dan sun salutation seadanya pasti akan tertantang untuk bisa melakukan pose-pose yang lebih sulit seperti chaturanga dandasana, crow pose, dan bahkan head stand atau pincha mayurasana. 

Di era teknologi canggih begini juga banyak platform yang menawarkan kesempatan untuk kursus singkat sehingga kita bisa belajar sesuatu yang baru. Belajar bahasa, menyulam, melukis, kaligrafi, dan sebagainya, tergantung minat masing-masing. Kursus-kursus itu biasanya hanya berlangsung beberapa jam di akhir pekan, dan harganya juga per sesi dan relatif terjangkau. Rasanya jadi kembali ke masa SMA dulu, yang penting coba saja dulu. Kalau suka lanjutkan, kalau tidak suka ya coba yang lain. Yang paling penting, jangan sampai kita melampiaskan kebutuhan aktualisasi diri kita dengan aktivitas negatif :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun