Mohon tunggu...
Bella Sevian Wahyuningsih
Bella Sevian Wahyuningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Airlangga

Mahasiswa yang ingin mengembangkan diri dalam bidang kepenulisan artikel melalui kompasiana. Semoga apa yang saya tulis dapat bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Istilah Childfree: Pilihan Kalangan Muda Era Kini

26 Juni 2022   10:46 Diperbarui: 26 Juni 2022   11:05 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Skenario menikah lalu mempunyai anak merupakan stigma luhur yang telah mengakar dalam pemikiran masyarakat Indonesia. Kehadiran anak dianggap sebagai sebuah pelengkap dalam mewujudkan keluarga ideal dan pembawa rezeki untuk keluarga. Kehidupan akan dianggap sebagai kehidupan yang lengkap jika telah memiliki anak setelah melaksanakan pernikahan. 

Patnani, dkk pada tahun 2020 berpendapat bahwa stigma ini timbul karena negara Indonesia merupakan negara pronatalis,  yang terbukti dari tekanan dari lingkungan sekitar untuk mempunyai anak agar terciptanya pernikahan yang sempurna dan utuh.

Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi, pemikiran dan prinsip hidup manusia semakin berbeda. Salah satu contoh dari perkembangan pemikiran dan prinsip hidup adalah sebagian pasangan suami istri saat ini memilih untuk menerapkan konsep childfree. Sebelum berbicara lanjut mengenai childfree, mari sedikit mengenal pengertian dari istilah childfree itu sendiri.

Apa itu Childfree?

Menurut kamus Cambridge, childfree atau tanpa anak merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang memilih untuk tidak memiliki anak, merupakan tempat atau situasi tanpa anak-anak. Penerapan childfree sendiri sudah umum terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika.

Beberapa waktu belakangan ini, masyarakat Indonesia mulai dihebohkan dengan fenomena childfree. Fenomena ini mulai hangat diperbincangkan kembali oleh masyarakat setelah salah satu influencer yaitu Gita Savitri secara terang-terangan mempublikasikan keputusannya dengan sang suami Paul Andre untuk tidak memiliki anak atau childfree. Hal tersebut didasari pada perkembangan pemikiran bahwa memiliki anak merupakan sebuah pilihan dan bukan merupakan sebuah kewajiban. 

Pasangan ini memilih untuk tidak memiliki anak karena kekhawatiran dalam pertanggungjawaban mengurus anak karena takut menimbulkan luka bagi anaknya nanti.  Selain Gita Savitri juga terdapat sederet artis yang menganut prinsip childfree, salah satunya adalah cinta laura yang memutuskan menganut prinsip childfree dengan dasar melindungi lingkungan dari overpopulation. 

Semenjak keterbukaan para public figure dalam menerapkan childfree, fenomena ini seketika mengalami tren peningkatan khususnya pada generasi muda. Banyak pasangan yang hanya impulsif dengan menerapkan childfree sebagai tren dan ada pula pasangan yang memang mantap menerapkan childfree sebagai pola kehidupan dalam pernikahan.

Fenomena childfree merupakan salah satu hal yang masih tabu untuk masyarakat Indonesia, sehingga menuai berbagai kontroversi ketika prinsip ini mulai secara terang-terangan diterapkan oleh sebagian pasangan. Banyak ditemukan forum-forum diskusi terkait fenomena ini di sosial media seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan  lainnya. 

Melalui forum diskusi tersebut terdapat banyak pro dan kontra terkait fenomena childfree itu sendiri. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa prinsip ini menentang budaya luhur bangsa Indonesia, tetapi tidak sedikit pula yang terbuka akan fenomena ini dan menganggapnya sebagai sesuatu hal yang wajar pada zaman modern sebagai bentuk perkembangan pola pikir masyarakat.

Masyarakat Indonesia menganggap keputusan seseorang untuk menerapkan childfree merupakan keputusan yang menentang norma, budaya luhur dan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun