Mohon tunggu...
Belfin P.S.
Belfin P.S. Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang bapak yang makin tua dan bahagia

IG: @belfinpaians

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ketika Mencintai Itu "Ga Ribet! Bahasakan Saja!"

9 Februari 2021   11:45 Diperbarui: 9 Februari 2021   12:07 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Tulisan ini saya tulis bukan karena bulan ini Februari. Bukan karena hari Valentine. Bukan. Bagi saya, cinta adalah universal. Tak harus selalu dirayakan di tanggal 14 Februari. Bahkan Gary Chapman mengatakan dalam bukunya bahwa cinta sejatinya adalah bagian dari jiwa kita yang harus diungkapkan lewat berbagai bahasa dan dilakukan tiap hari. 

Jadi, momentum untuk merayakan hari kasih sayang di hari Valentine sejatinya kurang tepat karena cinta bisa dibahasakan dan diekspresikan kapan pun dan di mana pun. Seringkali hari kasih sayang dirayakan berlebihan tanpa melihat esensinya. 

Orang lupa akan esensi dan makna kasih sayang sehingga terkadang kasih sayang diluapkan dengan cara-cara yang tidak bermoral. Cinta bukan ajang promosi atau pertunjukan. Terkadang kita lupa diri dan terhipnotis dalam euforia sesaat.

Gary Chapman dalam bukunya yang berjudul "The 5 Love Languages: The Secret To Love The Last" mengisahkan tentang 5 bahasa cinta yang mampu membuat cinta bertahan lama dalam sebuah hubungan, termasuk dalam hubungan percintaan, keluarga, dan persahabatan. 

Kelima bahasa itu adalah words of affirmation, gifts, acts of services, quality time, dan physical touch. Buku ini sangat menarik karena bahasa cinta adalah bahasa paling menyihir, penuh damai, dan penuh perjuangan. Bahkan bahasa paling menyehatkan di dunia.

Mungkin kita pernah mendengar bagaimana orang yang jatuh cinta menganggap bahwa dunia seolah milik mereka berdua saja atau bertingkah seperti orang 'gila' yang tak mengindahkan logika. 

Saking dikuasai oleh cinta, ia rela mengorbankan apapun, termasuk harga diri, keluarga, dan keselamatannya sendiri. Istilah yang mengatakan 'cinta itu buta' terkadang benar adanya. Orang yang terserang penyakit cinta seringkali membahasakan cintanya dengan hal-hal yang tak terduga.

Sebagai salah satu contohnya, saya jadi teringat dengan lagunya Rossa yang berjudul "Atas Nama Cinta" yang bunyinya seperti ini: "Atas nama cinta. Hati ini tak mungkin terbagi. Sampai nanti bila aku mati. Cinta ini hanya untuk engkau. Atas nama cinta. Kurelakan jalanku merana. Asal engkau akhirnya denganku. Kubersumpah atas nama cinta" (Rossa, 2006 dalam album "Yang Terpilih"). Lagu ini menggambarkan ekspresi cinta yang sangat hiperbolais dan terkesan 'lebay'. 

Tapi secara tidak langsung, emosi yang tergambarkan menunjukkan sebuah pengorbanan dan kesetiaan yang luar biasa. "Sampai nanti bila aku mati. Cinta ini hanya untuk engkau" dan "Kurelakan jalanku merana". Atas nama cinta, segala hal pun bisa ditempuh orang untuk mendapatkannya. Saking cintanya, merana pun jadi pilihan hidup. Itu tak jadi masalah.

Nah, hal yang ingin saya bicarakan di sini bukan persoalan hari Valentine yang sudah banyak dibahas banyak orang, meski saya tetap menyanjung dan mengucapkan selamat bagi orang-orang yang terus mencintai orang yang dikasihinya. Di sini, saya ingin membahas bagaimana cinta membuat kita bergairah yaitu cinta mula-mula.

Saya jadi teringat dengan sebuah kisah di perjanjian lama pada kitab Kejadian 29 tentang kisah Cinta Yakub kepada Rahel. Waktu itu, ia melarikan diri ke rumah saudaranya, Laban, di negeri Bani Timur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun