Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mencari Terus

12 April 2023   16:41 Diperbarui: 12 April 2023   16:44 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mencari terus. Kalau mencari terus, kapan penemuannya? Apa yang dicari terus? Kita manusia ini tetap bergerak karena terus mencari. Mencari berarti ada yang dicari karena yang dicari itu tersembunyi. Sesudah didapat, ada lagi yang tersembunyi dan kita lagi-lagi tergerak terus untuk mencari dan mencari. 

Mencari terus. Sebenarnya ini dorongan yang wajar dari NAFSU. Tidak pernah terpuaskan. Mencari terus karena kita tergerak oleh NALAR. Sudah tahu, masih mau tahu lagi. Sudah alami, masih mau alami lagi. NALURI kita turut tergerak untuk menemui dan mengajak sesama untuk turut mencari. Sendiri mencari dan mengajak sesama untuk mencari. NURANI kita menjadi tenang dan damai karena hasil mencari sudah menemukan yang dicari lalu mencari lagi. Empat unsur dalam diri kita ini, NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI terpadu mencari apa yang sudah didapat lalu tergerak terus untuk mencari lagi dan lagi. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Mencari terus. Cari, dapat. Cari, dapat. Dapat dan berhenti cari berarti hidup terhenti. Karena hidup itu mencari. Mencari apa? Di sini letak persoalannya, cari apa? Cari siapa? Cari empat hal, empat keadaan. Keadaan senang, gembira, puas dan bahagia. Atau dibendakan, kesenangan, kegembiraan, kepuasan, kebahagiaan. Inilah empat hal, empat keadaan  yang dicari dan terus dicari dalam hidup ini. Lalu kapan ditemukan sampai kita berhenti mencari? Pasti akan ada akhir dari upaya mencari ini. Kapan? Itu, saat tubuh ini terlepas dari kungkungan waktu dan tempat. Itu yang disebut kematian. Saat itu kita berhenti mencari. Lalu apa yang kita dapatkan?

Mencari terus. Akan ada akhirnya, karena yang dicari akhirnya ditemukan. Di mana? Tidak di mana-mana. Kapan? Tidak ada waktunya. Lalu? Berhenti mencari itu sewaktu kita berdekapan karena didekap oleh DIA, TUHAN, Yang menciptakan kita dan merindukan kita sampai kita mendapatkan-NYA dan DIA mendapatkan kita. 

Hidup ini terarah ke sana. Di sanalah, pada saat itulah akan terjadi: senang abadi, gembira abadi, puas abadi dan bahagia abadi. NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI tidak mencari lagi karena sudah mendapatkan apa yang dicari, terutama SIAPA Yang dicari itu sudah ditemukan, TUHAN.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun