Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jarak (13)

7 April 2022   12:52 Diperbarui: 7 April 2022   13:02 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tentukan jarak. Siapa yang tentukan? TUHAN. Kalau bukan TUHAN,  siapa lagi? Dalam berfilsafat, jangan langsung ke TUHAN. Nanti pemikiran kita buntu. Siapa bilang. Tergantung mau mulai dari mana. Bisa dari manusia ke TUHAN, bisa juga dari TUHAN ke manusia, ke alam ciptaan TUHAN. Tidak ada keharusan dalam berfilsafat untuk mulai dari mana ke mana. Bebas. Yang penting hal yang dikemukakan  itu masuk akal, baik, benar bagus (Bonum, Verum, Pulchrum) dan berguna untuk diri dan sesama.

Tentukan jarak. Orok sejak lahir, dijauhkan dari Ibunya melalui kelahiran. Tali ari-ari diputuskan, inilah jarak yang ditentukan oleh TUHAN. Kita manusia, setiap pribadi, sudah ditentukan untuk berada pada jarak tertentu, entah itu tempat atau waktu. Tujuannya apa? Supaya bebas. Bebas terbatas tentunya. Bebas untuk ingin yang baik, pikir yang benar, rindu yang dikasihi dan sembah DIA YANG AGUNG. 

Nafsu kita memanfaatkan jarak yang ditentukan ini untuk semakin rindu dan ingin untuk menikmati yang diinginkan. Dorongan seperti ini membuat kita hidup bebas, memilih apa atau siapa saja yang kita kehendaki. Hidup jadi nikmat.

Nalar kita ada untuk menyadari jarak antara diri dengan sesama dan dengan alam. Salah sendiri, kalau tidak pakai nalar lalu makan tidak ukur-ukur, belebihan, ikut saja maunya nafsu.  Hidup jadinya tidak sehat.

Naluri kita sangat diperkaya oleh adanya jarak yang ditentukan TUHAN ini karena  dengan jarak itu kita bisa saling menyanjung dan menjunjung dalam berbagai karya pelayanan. 

Nurani kita pun bersorak gembira dengan jarak yang ditentukan TUHAN ini karena ada ruang untuk merenung dan menenangkan diri sambil mencintai sesama dan memuja TUHAN. Inilah keterpaduan empat unsur dalam diri kita, 4N, nafsu, nalar, naluri dan nurani  yang menuntun diri kita  bersyukur atas adanya ketentuan tentang jarak oleh TUHAN. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Tentukan jarak yang tepat, hanya dilakukan oleh TUHAN. Jarak antara bintang-bintang ditentukan oleh PENCIPTA. Kita manusia hidup berdasarkan jarak yang ditentukan ini. Baik jarak antara sesama maupun jarak antara kita manusia dan alam sekitar. Ketentuan tentang jarak ini sudah ada dan kalau tidak disadari atau dilanggar, maka kita manusia akan celakakan diri dan sesama. Tugas kita manusia, jaga dan daya-gunakan adanya jarak yang sudah ditentukan TUHAN itu dengan tepat (Nafsu), dengan cerdas (Nalar), dengan tanggap (Naluri) dan dengan tenang (Nurani). Kita syukuri setiap saat ketentuan jarak ini yang ditentukan PENCIPTA bagi kita. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun