Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Alat dari Sudut Filsafat

14 Juli 2020   22:02 Diperbarui: 14 Juli 2020   21:50 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Alat. Alat apa lagi? Alat dapur? Alat tulis? Alat angkut? Saya tahu alat itu benda yang kita pakai untuk buat apa-apa. Alat pertanian, itu pacul, traktor, bajak, semua itu alat pertanian. Di dapur ada banyak alat, mulai dari periuk, tacu, kompor. Alat makan, piring, senduk, garpu. Alat angkut, mobil, kapal. Ini semua alat yang kita pakai sehari-hari. Apa ada filsafat tentang alat? Omong kosong! Cari-cari bahan saja. Teman, sabar. Apakah pernah dengar ungkapan ini: 

Jangan memperalat orang lain! Orang dijadikan alat. Orang disamakan dengan alat. Alat untuk mencapai tujuan tertentu. Orang sama orang saling memperalat. Biasanya untuk tujuan yang kurang luhur. Anehnya, yang memperalat, tega. Yang diperalat, rela. Entah sadar atau tidak, manusia memperalat manusia, sama artinya manusia diturunkan derajatnya sampai setingkat benda mati, batu, kayu, besi. Jangankan manusia, Tuhan pun diperalat. 

Mulai dari doa diperalat. Ada dari kita manusia ini berdoa supaya jangan ketahuan mencuri uang rakyat. Ada juga yang berlindung di belakang agama untuk tipu orang lain. Agama diperalat. Ada yang lebih dari itu, Tuhan dipanggil untuk bebaskan dia dari kejaran polisi dan jaksa. Padahal dia sudah curi uang orang lain ratusan malah milyaran rupiah. Tuhan diperalat.

Alat itu memang sangat berguna untuk mencapai tujuan tertentu. Alat itu berkembang sesuai perkembangan budaya manusia. Alat itu dari manusia, untuk manusia, dalam hal yang baik. Alat perang? Senjata seperti bedil, pistol, bom. Itu juga alat. Tujuannya baik? Alat apa pun kalau ada di tangan orang dengan NAFSU yang salah arah, maka alat yang baik menjadi buruk. Pisau dapur untuk iris sayur menjadi pisau yang tertancap di dada orang dan mati. 

Jadi alat itu bergantung pada NAFSU, dorongan dalam diri manusia yang membuat dan menggunakan alat itu. Alat juga hasil NALAR. Bayangkan, pesawat udara komersial, beratnya sendiri puluhan ton, mengangkut manusia dan barang belasan ton, ini hasil NALAR manusia terdorong oleh kebutuhan yang muncul dari NAFSU. Begitu banyak orang yang terlibat dalam membuat alat angkut seperti kapal laut, begitu banyak orang mudah saling berkunjung karena adanya alat angkut udara, darat dan laut, ini hasil kerjasama banyak manusia, masuk dalam ranah NALURI. 

Sesama membutuhkan sesama. Tetapi kapal perang, pesawat tempur, itu juga alat. Dari sisi NALURI, teganya kita manusia memakai alat-alat itu untuk saling memusnahkan. Di mana NURANI kita? Sangat pasti banyak dari pembuat senjata untuk perang itu orang-orang beragama, ber-Tuhan. NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI itu diberikan Tuhan secara gratis kepada kita manusia untuk membuat alat dan menggunakan alat, untuk tujuan yang luhur dan mulia. (Bdk. 4 N, Kwadran Bele, 2011). Kita membuat dan memakai alat untuk dua hal sekaligus: membangun dan meruntuhkan, memperbaiki dan merusakkan, menghidupkan dan mematikan. Apakah adanya dua tangan, kiri dan kanan untuk itu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun