Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Alam

2 Juli 2020   12:02 Diperbarui: 2 Juli 2020   11:58 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berpikir tentang alam. Itulah filsafat alam. Alam itu segala yang ada ini. Kita manusia juga termasuk alam. Kita dalam alam dan kita adalah alam. Dalam alam ini hanya kita manusia saja yang dapat berpikir tentang alam, termasuk berpikir tentang diri kita manusia sendiri. Pikir tentang alam itu mulai dari alam ini berawal kapan, siapa yang buat alam ini dan apa tujuan dari adanya alam ini. Awas, jangan pusing.

Memang pikiran seperti inilah yang orang sering enggan berfilsafat atau berpikir yang dalam-dalam. Filsafat itu memang pemikiran yang dalam. Yah, apa gunanya ada pikiran kalau hanya pikir yang dangkal-dangkal saja, mendatar, biasa-biasa. Harus sering pikir yang dalam. Itulah filsafat. Itu butuh ketenangan. Tidak bisa pikir dalam-dalam sementara lari-lari di lapangan. Tidak bisa pikir yang mendalam sementara mengantuk. Itu namanya mengelamun, mengkhayal.

Alam ada sejak kapan? Banyak dugaan, ribuan tahun, jutaan tahun lalu. Boleh duga kapan saja, tapi yang nyata ialah alam ini ada. Siapa yang buat atau ada dengan sendirinya? Putar otak, kalau suda buntu, buat saja kesimpulan, alam ini ada yang buat. Kalau buat berarti pakai bahan. Bahan itu dari mana dan siapa yang buat bahan itu? Ini makin mendalam. Pikir harus ada ujungnya. Jangan gantung saja.

Ujung itulah  kesimpulan, dan kesimpulan itulah kebenaran, dan kebenaran itu tidak mutlak karena kemudian orang lain pikir lagi dan temukan kebenaran yang lebih benar. Untuk sementara, buat satu kesimpulan, pakailah istilah cipta yang artinya, buat sesuatu dari tiada menjadi ada, dan yang adakan itu tidak diadakan. Dia itu sebut saja, pencipta. Di situ pikiran buntu, dan harus menyerah. Dalam penyerahan itu kita manusia katakan, ini di luar kemampuan pikiran saya, maka saya percaya saja.

Kesimpulan sementara dan pegang kesimpulan ini, alam itu diciptakan oleh pencipta dan karena alam ini begitu luas, hebat, raksasa, maka penciptanya itu pasti jauh lebih hebat maka kita pakai istilah, Maha Pencipta. Di sini pikiran buntu, dan percaya, entah menengadah atau menunduk, itulah yang namanya 'sembah sujud', menyatakan diri kita manusia ada dari Yang Maha Ada dan kepada Dia kita sembah sujud dan bersyukur karena ciptakan alam tempat kita manusia ada.

Alam diciptakan oleh Pencipta itu untuk kepentingan manusia. Ada alam raya, ada alam kecil. Alam kecil itulah diri kita yang kalau dibandingkan dengan alam sekitar, diri kita ini hanya setitik kecil saja yang bergerak memakai alam untuk melanjutkan kehidupan diri dan sesama. Berati kita ini bukan pemilik alam. Kita hanya ada di dalam alam dan memanfaatkan alam.

Kita tidak ada hak untuk memiliki alam dan memakainya sesuka hati. Alam itu ada hukumnya sendiri yang harus kita patuhi. Dalam alam ada matahari, bulan, bintang. Kita punya pikiran yang ada dan tenaga terbatas sehingga yang jauh tinggi iu kita katakan langit dan yang kita injak ini bumi. Antara langit dan bumi itu ada udara. Dan hasil pikiran kita manusia yang begitu gemas untuk mengetahui, diketahuilah bahwa bumi ini ternyata satu bola kecil di antara bola-bola raksasa. Pernah ada pikiran bahwa bumi kita ini lapangan yang rata yang ada pinggirnya. Kemudian ada pikiran yang dibuktikan kebenarannya bahwa bumi ini bulat, bukan lempengan.

Alam ini tidak boleh dilawan. Dikuasai sejauh ada manfaat untuk manusia. Bukit-bukit bisa digali untuk dapat batu-batuan atau barang lain seperti kapur untuk semen. Dataran bisa dibor untuk dapat minyak. Ini semua boleh sejauh manusia mampu. Tapi awas, manusia sudah juga berpikir dan tahu bahwa bukit-bukit itu digundulkan semua, hutan habis, air tidak ada, nanti ada padang pasir yang membuat manusia tidak bisa tinggal lagi di sana. Ini semua namanya hukum alam, dipelihara dan dimanfaatkan, boleh, dirusak dan dihancurkan, tidak boleh.

Filsafat tentang alam ini menyadarkan kita untuk ada di dalam, jaga alam dan manfaatkan alam sejauh ada kebutuhan bagi kita manusia untuk hidup. Alam tidak boleh dipermainkan nanti dia mempermainkan kita. Alam tidak boleh dirusak nanti dia merusak kita. Alam ini ada untuk kita. Sujudlah kepada Yang Maha Ada yang telah adakan alam ini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun