Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Pendidik, Penulis, dan Penggerak Literasi

Guru, penulis dan penggerak literasi yang percaya menulis adalah jejak sejarah diri sekaligus warisan nilai bagi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Generasi Alpha dan G30S: Belajar Sejarah Tanpa Trauma

2 Oktober 2025   08:00 Diperbarui: 1 Oktober 2025   10:27 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kelas sederhana tempat Generasi Alpha belajar sejarah dengan cara lebih humanis dan reflektif. Sumber: Dokpri - Gen AI

Saat seorang siswa tiba-tiba bertanya tentang G30S, kelas mendadak hening. Bagaimana menjelaskan tragedi sejarah yang kelam kepada anak-anak digital native? Ini tantangan guru dan orang tua masa kini.

Saat Siswa Bertanya 

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ada sesi di mana saya memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apa saja. Biasanya mereka menanyakan soal puisi, makna kata, atau tugas menulis.

Namun kali itu berbeda. Seorang siswa tiba-tiba mengangkat tangan dan berkata, "Bu, apa sih sebenarnya G30S itu?"

Pertanyaan sederhana itu membuat kelas hening. Sebagai guru, saya tahu garis besar peristiwa itu. Tetapi bagaimana menjelaskannya kepada Generasi Alpha yang tumbuh dengan YouTube, TikTok, dan gim interaktif? Apakah saya perlu menceritakan detail malam berdarah tahun 1965, atau cukup menekankan hikmah kemanusiaan yang bisa dipetik?

Momen itu membuat saya merenung. Sejauh mana kita ingin memperkenalkan G30S kepada generasi ini apakah lewat detail yang menakutkan, atau lewat nilai yang lebih membekas di hati mereka?

Generasi Alpha: Karakter dan Pola Belajar

Generasi Alpha adalah anak-anak yang lahir setelah 2010. Mereka tumbuh di tengah arus teknologi digital sejak lahir. Layar gawai, YouTube, TikTok, dan Instagram bukan sekadar hiburan, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari.

Mereka multitasking, cepat bosan, terbiasa visual, dan jarang membaca teks panjang. Bagi mereka, belajar bukan lagi duduk tenang mendengar ceramah, melainkan interaksi cepat dengan konten yang menarik.

Para pakar pendidikan anak menyebut bahwa Generasi Alpha sangat responsif terhadap media pembelajaran digital seperti animasi, audio, game edukasi, hingga simulasi virtual. Artinya, metode tradisional ceramah panjang jelas kurang efektif untuk mereka.

Karakter ini menuntut kita mengubah cara mengajarkan sejarah, termasuk G30S.

Mengapa G30S Masih Perlu Diajarkan?

Sebagian orang mungkin bertanya, "Untuk apa lagi mengajarkan G30S? Bukankah itu peristiwa lama?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun