Mohon tunggu...
Pretty Woman
Pretty Woman Mohon Tunggu... Konsultan - Wanita

Tertarik dengan fenomena sosial dan film

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Man Called Ahok", Aku Kasih Rating 5

12 November 2018   11:41 Diperbarui: 13 November 2018   14:36 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Tiga Hari yang lalu aku membaca berita bahwa ada satu oknum yang statusnya viral setelah membandingkan kondisi film "The man called Ahok" vs "Hanum dan Rangga". Permasalahannya terletak di warna hijau dan merah. Merah artinya sudah terjual Hijau artinya belum laku terjual.  Oknum tadi salah tafsir dengan mengatakan sebaliknya. 

Dua tokoh juga ikut mengomentari yakni Kaesang dan Hanum Rais. Kaesang sih hanya meluruskan masalah warna tadi. Sedangkan Hanum memberikan komentar yang tak kalah kontroversial dengan si oknun tadi. 

Mungkin matsudnya mbak Hanum bukan untuk menuduh bahwa "The man called Ahok" tiketnya dibeli sendiri oleh pihak produksi. Tapi secara tersirat memang mengatakan hal tersebut. Kita yang baca malah menilai mbak Hanum tidak menerima kenyataan bahwa memang di status oknum tersebut film "Rangga dan Hanum" penontonnya lebih sedikit dibandingkan The man called Ahok".

Akhirnya sabtu malam aku dan temanku memutuskan menonton film "The man called Ahok". dari awal aku sudah baca ini film bukan mengenai sepak terjang beliau di jakarta. Which is yang buat film ini terkesan bermain sangat aman. 

Nah ngomongin bermain aman, film ini lebih banyak menceritakan kisah masa kecil Ahok dan keluarganya. Film ini akhirnya menjawab pertanyaan besar aku selama ini. kok bisa ya Ahok menang jadi anggota DPRD dan Bupati di Belitung dengan kemenangan telak 72% padahal dia "Cina". Penasaran? tonton dong (lha jadi promosi... kagak lah.. ntar jadi spoiler kalo "dibeberin")

Beberapa baagian lucu dan miris sebenanya...

Pada saat nonton "The man called Ahok" aku dan temanku sempat bisik bisik di bioskop. "Eh yang nonton rame ya... bahkan yang muslim juga rame". 

Benar. Walau bukan di ultra XD, hanya di bioskop reguler. Kita sedikit terkejut melihat jumlah penonton. Full dari bawah ke atas, paling beberapa bangku yang kosong. No foto tapi ngak hoax kok. 

Sebegitu sensitifnya "film Ahok" sampai kita yang nonton dibuat tegang. Dalam hati berdoa agar tidak ada adegan yang nyerempet ke agama. Soalnya yang nonton dari 2 agama besar di Indonesia yang udah mirip Tom and Jerry. Suka berantem tapi saling sayang. hehe...

Ngak kepengen... pulang nonton malah jadi cibiran. Ngak kepengen... lihat pembelaan Ahok dituangkan ke dalam film. Ngak kepengen ... lihat Ahok dan Veronika mesra-mesraan karena itu hanya buat orang menyayangkan perceraian yang baru mereka lakukan. 

Film ini bermain aman dan aku kasih bintang 5 dari point 10. Terlalu aman untuk seorang Ahok dan terlalu singkat untuk sI "kece" Daniel Mananta tampil. Walau aku akui pointnya jadi 5 juga karena suara Daniel Mananta yang dibuat serak niru suara Ahok tapi malah terkesan mirip orang sakit tenggorokan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun