Mohon tunggu...
bejo al-bantani
bejo al-bantani Mohon Tunggu... -

Alumni LUND UNIVERSITY, SWEDIA

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Ahok Mengajarkan Tidak Ada Musuh Abadi dalam Politik

13 Agustus 2016   20:19 Diperbarui: 13 Agustus 2016   21:01 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ahok sudah terkenal dengan inkonsistensinya. Ahok juga telah dijadikan potret politisi kutu loncat. Ahok juga terkenal sebagai politisi pragmastis yang rela melakukan apapun demi memenuhi ambisinya meraih kekuasaan. Plin-plan, pagi ngomong kedelai, sore harinya sudah berubah jadi tempe. Tentu tidak aneh, jika parpol pun bisa bersikap seperti Ahok yang inkonsisten. Hari ini mendukung tapi di hari-H justru berbalik arah menjadi musuhnya. Dan itulah politik. Selalu dinamis dan tidak pernah linier. Tidak ada kawan dan lawan abadi dalam dunia politik. Yang abadi hanyalah kepentingan yang sama. Dalam kiprah politiknya, Ahok memberi pelajaran berharga bahwa tidak ada kawan dan lawan abadi dalam dunia politik.

Awalnya Ahok telah mendeklarasikan diri akan maju melalui jalur independen. Pendukung Ahok pun gencar memborbardir media dengan berita deparpolisasi. Berita-berita bahwa parpol sebagai sarang koruptor dan mahalnya mahar melalui jalur parpol menjadi alasan mengapa Ahok memilih jalur independen. Buruknya citra parpol dan kerja keras Teman Ahok sukses mengumpulkan 1 juta KTP seperti diminta oleh Ahok sebagai syarat untuk maju melalui jalur independen. Ahok pun berjanji akan tetap bersama Teman Ahok meskipun harus gagal nyagub.

Akhirnya, Ahok memberi pelajaran berharga tentang inkonsistensi. Politk selalu dinamis dan tidak linier. Meskipun telah berjanji akan bersama dengan Teman Ahok menggunakan jalur independen tapi Ahok akhirnya memutuskan maju melalui jalur parpol. Jika saat mendeklarasikan diri maju dari jalur independen, alasan Ahok karena parpol sarang koruptor dan mahalnya biaya politik melalui parpol, maka saat memilih jalur parpol Ahok mengungkapkan alasan sebaliknya. Tak lupa puja-puji Ahok terhadap parpol yang akan mengusungnya.

Dengan ditutupnya pintu jalur independen, perjuangan Teman Ahok yang telah merayakan pengumpulan 1 juta KTP menjadi sia-sia. Ahok tak peduli dengan 1 juta orang yang susah payah telah mengisi formulir dukungan. Kini nasib Ahok sangat tergantung pada Nasdem, Hanura dan Golkar. Daya tawar Ahok pun terjun bebas.

Dampaknya Nasdem, Hanura dan Golkar yang awalnya mendeklarasikan diri mendukung Ahok tanpa syarat kini mulai berbalik arah. Jika sebelumnya Nasdem, Hanura dan Golkar berjanji untuk menyerahkan sepenuhnya urusan cawagub pada Ahok kini ketiga partai tersebut sedang bertarung berebut posisi cawagub. Ketika Hanura dengan suara terbanyak sibuk berkunjung ke berbagai parpol calon lawan Ahok, Golkar justru menelikung dengan untuk mendapatkan posisi cawagub.

Sebagai partai ORBA, Golkar memang tidak pernah lepas dari kekuasaan. Golkar memang terkenal dengan slogannya “Tidak Ada Makan Siang Gratis”. Dan sebagai partai warisan ORBA, Golkar sudah terbiasa mendapatkan "makan siang yang bergizi". Buktinya, setelah mendapat jatah 1 menteri dari Jokowi, kini Golkar membidik posisi cawagub untuk mendampingi Ahok di DKI Jakarta. Beberapa nama cawagub untuk mendampingi Ahok telah disiapkan oleh Golkar. Jika Ahok menolak bukan tidak mungkin Golkra dan Hanura akan berbalik arah. Inilah politik, selalu terjadi tawar menawar kekuasaan. Tidak ada makan siang gratis dalam politik. Apalagi Golkar sudah terbiasa bagaimana caranya mendapatkan "makan siang yang bergizi".

Yang lebih menarik dengan mendukung Ahok, Setya “PAPA” Novanto yang sempat menjadi bulan-bulanan pendukung Ahok, kini dipuja-puji sebagai ‘pahlawan”. Pendukung Ahok sudah melupakan sama sekali kasus “PAPA MINTA SAHAM” yang masih menjerat Setya “PAPA” Novanto.

Sikap Ahok dan pendukung Ahok yang berbalik arah menjadi pemuja dan pembela Setya “PAPA” Novanto, menjadi potret dan bukti tak terbantahkan bahwa tidak ada musuh abadi dalam politik. Ketika memiliki tujuan yang sama, maka musuh pun bisa menjadi kawan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun