Mohon tunggu...
Nabila Juliet
Nabila Juliet Mohon Tunggu... Jurnalis - PIAUD UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Everything You Can Imagine Is Real

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perkembangan Psikososial Anak

7 Maret 2020   12:57 Diperbarui: 7 Maret 2020   13:04 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa sih teman sebaya itu? Teman Sebaya adalah individu yang memiliki kedudukan, usia, status, dan pola pikir yang hampir sama. Ada juga pendapat beberapa ahli yang mendefinisikan teman sebaya menurut pendapat mereka seperti, pendapat Santrock (2003, hal. 129) mengemukakan bahwa Teman sebaya adalah anak dengan usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Sedangkan pendapat Blazevic (2016, hal. 46) mengemukakan bahwa teman sebaya adalah kelompok sosisal yang terdiri dari orang-orang dengan usia, pendidikan atau status sosial yang sama.

Setiap orang pasti memiliki teman sebaya baik itu teman sebaya dalam kesamaan usia, kesamaan dalam hal pola pikir ataupun teman sebaya dalam kelompok sosial  lainnya. Kebanyakan anak di Usia remaja mereka menghabiskan waktu mereka lebih banyak diluar rumah daripada di dalam rumah, sehingga teman sebaya sangat berpengaruh bagi perkembangan perilaku agresif anak remaja dan juga perkembangan  psikososial anak. Teman Sebaya juga berpengaruh pada Perkembangan Psikososial anak, ada teori Erikson mengatkan bahwa Perkembangan Psikososial anak itu dibagi menjadi delapan tahap, tetapi hanya ada lima tahap yang terkait dengan anak-anak. Dalam A. Aziz Alimul Hidayat (2009: 41) delapan tahap tersebut adalah :

  • Tahap percaya versus tidak percaya (0-1 tahun). Atribut paling penting bagi perkembangan kepribadian yang sehat adalah kepercayaan, kesalahan dalam mengasuh atau merawat. Pada tahap ini dapat menimbulkan rasa tidak percaya dari anak.
  •  Tahap kemandirian versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun). Pada tahap ini anak mulai mencoba mandiri dalam tugas tumbuh kembang. Perasaan malu dan ragu muncul ketika membuat pilihan yang salah, dipermalukan oleh orang lain, ketika orang tua terlalu melindungi dan tidak memberikan kemandirian pada anak.
  • Tahap inisiatif versus rasa bersalah (4-6 tahun). Pada tahap ini anak mulai berinisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah, maka akan muncul perasaan bersalah.
  • Tahap rajin versus rendah diri (6-12 tahun atau masa sekolah). Pada tahap ini anak selalu berusaha mencapai sesuatu yang diingikan atau berprestasi sehingga cenderung rajin dalam melakukan sesuatu. Namun apabila harapan tidak tercapai maka anak akan merasa rendah diri.
  • Tahap identitas versus kebingungan peran (12-18 tahun atau masa remaja). Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak, khususnya dalam fisik dan kematangan usia serta perubahan hormonal. Anak akan menunjukkan identitas dirinya dan sangat peduli mengenai pandangan orang lain tentang dirinya.
  • Tahap keintiman versus pemisahan (masa dewasa muda). Pada tahap ini anak mencoba melakukan hubungan dengan teman sebaya atau kelompok masyarakat dalam kehidupan sosial untuk menjalin keakraban. Apabila anak tidak mampu bergabung, maka kemungkinan anak akan Focus memisahkan diri dari anggota atau kelompok.
  • Tahap generasi versus penghentian (masa dewasa pertengahan). Pada tahap ini individu ingin mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam aktivitas di masyarakat dan keinginannya adalah membuat dunia menerimanya. Jika pada tahap ini terjadi kegagalan, akan terjadi penghentian dalam kegiatan atau aktivitasnya.
  • Tahap integritas versus keputusasaan (masa dewasa lanjut). Pada tahap ini individu memikirkan tugas-tugas dalam mengakhiri kehidupan, perasaan putus asa akan mudah timbul karena kegagalan pada dirinya untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan. Perkembangan anak saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga saja, melainkan lingkungan di luar keluarga. Anak yang sudah bersekolah cenderung akan berkembang mengikuti lingkungan di sekolahnya yaitu teman-teman sebayanya. Tidak dipungkiri bahwa teman sebaya membawa pengaruh luar biasa bagi perkembangan anak baik negatif maupun positif. Oleh karena itu orangtua memiliki peranan penting dalam mengawasi perkembangan anak dan orangtua juga memiliki peranan dalam mengontrol pergaulan anak terhadap teman sebayanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun