Mohon tunggu...
Bang Day (BeDe)
Bang Day (BeDe) Mohon Tunggu... -

Meteorologis yang bekerja sebagai Klimatologis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerhana Matahari Berdampak Pada Cuaca, Benarkah?

3 Februari 2016   14:30 Diperbarui: 3 Februari 2016   14:35 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 9 Maret 2016 nanti, sebagian besar wilayah di negara kita akan dilintasi gerhana matahari. Kejadian yang sama pernah terjadi pada 11 Juni 1983. Penulis saat itu baru berusia 6 tahun namun masih cukup ingat kejadian tersebut. Gencarnya pemberitaan dari pemerintah melalui TVRI tentang bahaya melihat gerhana secara langsung membuat kejadian cukup membekas diingatan penulis.

Mengutip dari laman LAPAN (klik di sini) gerhana matahari total (GMT) 9 Maret 2016 diprediksi bakal terjadi di 10 provinsi dan sejumlah lokasi wisata andalan di Indonesia. Jalur GMT tersebut bermula dari Palembang (Sumsel), Bangka Belitung (Babel), Sampit (Kalimantan Tengah), Palangka Raya (Kalimantan Tengah), Balikpapan (Kalimantan Timur), Palu, Poso, Luwuk (Sulawesi Tengah), Ternate hingga Halmahera (Maluku Utara). Wilayah-wilayah selain 10 provinsi tersebut di atas akan dapat menyaksikan gerhana matahari parsial. Lintasan tersebut dapat dilihat dari animasi di bawah ini.

 

Sumber gambar di sini

Lalu benarkan gerhana ini akan berdampak pada pola cuaca ?

Kita tahu, pembangkit sistem cuaca adalah matahari. Sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi akan menyebabkan perubahan suhu udara. Bagian bumi yang terkena cahaya matahari langsung akan menjadi lebih panas dibanding bagian lainya. Adanya perbedaan panas pada permukaan bumi menyebabkan perbedaan tekanan udara, dimana tempat yang lebih panas tekanan udaranya menjadi lebih rendah dan sebaliknya tempat yang lebih dingin tekanan udaranya akan lebih tinggi. Perbedaan tekanan udara tersebut menyebabkan pergerakan massa udara dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Pergerakan massa udara ini yang kita sebut angin. Penyinaran matahari yang jatuh pada lautan akan menyebabkan penguapan air laut yang kemudian oleh angin hasil penguapan tersebut didistribusi mengikuti gerak angin. Pada saat udara menjadi jenuh karena perubahan meningkatnya kelembapan, maka mulailah terbentuh awan yang selanjutnya dapat jatuh sebagai hujan. Demikian seterusnya mengikuti siklus hidrologi. Lebih lengkap tentang siklus hidrologi dapat dibaca di sini

Saat terjadi gerhana, apa yang terjadi.
Pertama terjadi pengurangan intensitas matahari yang sampai ke permukaan bumi yang dilintasi GMT tersebut. Hal ini tentunya menyebabkan suhu udara menjadi lebih rendah dari biasanya, sementara di tempat lain yang tidak terkena GMT suhu udaranya akan lebih tinggi sehingga tekanan udaranya menjadi lebih rendah. Dampak lanjutannya adalah terjadi perubahan pola arah dan kecepatan angin, Pada lautan yang dilalui GMT terjadi pengurangan laju penguapan. Pengurangan laju penguapan secara lokal menyebabkan pengurangan suplai uap air pembentuk awan yang berarti peluang hujan menjadi berkurang. Demikian efek berantai dari gerhana matahari total.

Namun perlu diingat... GMT hanya berlangsung 2-4 menit. Untuk periode sesingkat ini efek berantai tersebut di atas menjadi tidak sginifikan dan dapat diabaikan untuk ukuran cuaca skala harian

Demikian sobat, jadi jika timbul pertanyaan apakah gerhana matahari berdampak pada cuaca, ya, tapi tidak signifikan. Semoga bermanfaat.

Salam,
Bang Day

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun