Bacaan  Minggu,  26 September 2021
Mrk 9: 38 Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." 39 Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. 40 Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. 41 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya." 42 "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. 43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; 45 Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; 47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, 48 di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.
Renungan
Dalam Burung Berkicau (CLC,19914), Anthony de Mello SJ, banyak menuliskan kisah inspiratif kehidupan spiritual. Salah satunya tentang pasar malam agama. Dikisahkan adanya dua orang -- sebut saja Anton dan Antin - mengunjungi pasar malam agama. Persaingan dan propaganda agama di pasar malam itu begitu hebat dan sengit. Di kios Yahudi mereka mendapat selebaran yang mengatakan Tuhan itu Maha Pengasih, bangsa Yahudi bangsa pilihan-Nya. Di kios Islam diserukan Allah itu Maha Penyayang dan Muhammad nabi-Nya. Keselamatan diperoleh dengan mendengarkannya. Di kios Kristen diwartakan Tuhan adalah Cinta. Di luar Gereja tidak ada keselamatan.
Di pintu keluar, Anton bertanya "Apa pendapatmu tentang Tuhan?" Jawab Antin,"Rupanya Ia penipu, fanatiak dan bengis"'. Begitu tiba di rumah Anton bertanya kepada Tuhan,"Bagaimana Engkau bisa tahan dengan hal seperti ini Tuhan? Apakah Engkau tidak tahu, bahwa selama berabad-abad mereka memberi julukan jelek kepadaMu?" Â Tuhan menjawab, "Bukan Aku yang mengadakan 'Pasar Malam Agama' itu. Aku bahkan merasa terlalu malu untuk mengunjunginya"
Bacaan Injil hari ini menarasikan kritik Yesus terkait semangat "pasar malam agama" yang terdapat dalam diri murid-murid-Nya. Â Yohanes, salah seorang murid-Nya berkata kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Â Semangat eksklusifisme dalam diri para murid,yang mau membatasi Yesus dalam kelompok mereka dikoreksi-Nya.
Koreksi Yesus terhadap semangat itu, membuat murid-murid-Nya tersipu-sipu. Terlebih dengan mencermati perikope-perikope yang mendahului bacaan Injil hari ini. Usai perikope yang menarasikan pemberitahuan pertama Yesus tentang penderitaan yang akan dialami, disusullah kisah pengusiran setan oleh Yesus. Demikian pula  usai narasi pemberitahuan kedua kalinya tentang penderitaan-Nya, disusulah kisah pengusiran roh jahat.
 Namun pengusirnya bukan Yesus atau para murid-Nya. Melainkan seorang di luar pengikut-Nya. Ia, yang bukan pengikut-Nya, berhasil mengusir setan dengan nama-Nya. Pada hal sebelumnya para murid yang mengklaim Yesus hanya untuk kelompok mereka saja. telah gagal mengusir roh jahat.  Malu deh.
Ketaika para murid mencegah orang itu, Â mereka ditegur-Nya, "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku!" Â Ini berarti siapapun meski tidak termasuk murid Yesus, Â namun mengadakan mujizat dalam nama-Nya, sejatinya menjadi bagian-Nya juga. Dan ia beroleh keselamatan. Â "Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Â Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya." Mereka terdiam tersipu malu mendapat teguran-Nya.
Sikap eksklusifistis memandang liyan sebagai lawan, tidak termasuk pihak kita, dapat membuat orang jatuh tersandung. Â Terlebih jika menyangkut perkara agama, hal-hal spiritual. Dengan eksklusifisme, Â paradoksal peran agama mengemuka.Â
Di satu pihak, agama menjadi daya perekat pendekat dan penyatu manusia, namun di lain pihak  menjelma menjadi daya  pemecah belah, perusak dan penghancur luar biasa terhadap peradaban kemanusiaan. Atas nama pembelaan terhadap Allah dan hal-hal yang berbau agama, darah jadi murah dan mudah ditumpahkan.Â