Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyembuhkan Si Kusta, Memulihkan Kemanusiaan!

25 Juni 2021   14:56 Diperbarui: 25 Juni 2021   15:05 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Jumat 25 Juni  2021

Mat 8 : 1 Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. 2 Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." 3 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya. 4 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."

Renungan

Pater Damian adalah seorang misionaris Belgia di pulau Molokai, Hawai. Ia dihormati sebagai "rasul para penderita kusta". Dari sebuah film, saya melihat saat ia pertama kali datang, turun  dari perahu disambut para penderita. Dengan tongkatnya ia menyingkirkan tangan-tangan yang terulur kepadanya. Ia jijik dengan tangan berpenyakitan. Namun ketika pada akhirnya terkena kusta, ia berkata "Aku berhasil menjadi sesama anda!" Penyakit kusta pun perlahan-lahan menjangkitinya  hingga merenggut nyawanya sendiri pada tanggal 15 April 1889. (http://www.imankatolik.or.id/kalender/15Apr.html)

Bacaan Injil hari ini menarasikan penyembuhan seorang sakit kusta. Menurut hukum agama, orang yang sakit kusta harus berpakaian  cabik-cabik, rambutnya terurai. Ia harus mengenakan bel yang memberi alarm bahwa seorang kusta sedang datang, lewat berjalan. Mirip kuda, sapi atau anjing yang "klonang-klonang" gemerincing pertanda kehadirannya. Ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! Ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan sebagai tempat kediamannya.  Ia sungguh terkucil dan dikucilkan. Ia bukan hanya menanggung penyakit badani tapi juga sosial.Selama ia kena penyaki, ia najis, tetap najis,  dan  terus najis.

Ketika Yesus mengakhiri khotbah-Nya di bukit, takjublah orang banyak mendengar pengajaran-Nya. Sebab Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka. Sehingga banyak orang berbondong-bondong mengikuti-Nya. Sabda pengajaran-Nya  yang penuh kuasa semakin nampak nyata dalam penyembuhan terhadap seorang kusta.

Ketika Yesus turun dari bukit, seorang  kusta datang sujud dan menyembah-Nya. Ia memisahkan diri dari orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti-Nya. Ia mau berelasi secara khusus dengan-Nya. "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Yesus menanggapi relasinya. Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.

Yang dilakukan Yesus terhadap orang kusta itu, melebihi yang dilakukan pater Damian. Pada mulanya pater Damian enggan menyambut uluran tangan para penderita kusta yang menjinjikkan. Sedangkan Yesus mengulurkan tangan-Nya, bahkan lebih dari itu, Ia menyentuh dengan jari, meraba, memegang dan menjamah orang kusta itu. Orang kusta itu bukan untuk dikucilkan tetapi dirangkul, disembuhkan, dikembalikan kepada hakekatnya sebagai manusia yang bermartabat. Yesus memanusiakan manusia si kusta.

Menurut ketentuan Musa  orang yang sakit kusta pada hari pentahirannya: ia harus dibawa kepada imam, dan imam harus pergi ke luar perkemahan; kalau menurut pemeriksaan imam penyakit kusta itu telah sembuh dari padanya. Saat menyembuhkan si kusta, Yesus pun mengikuti EsOPe yang telah ditentukan "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka." Yesus menampilkan model manusia  bermartabat. Manusia yang full, kebak kemanusiaan, manusia yang setia  mengikuti ketentuan hukum-Nya yang berkeadilan berkemanusiaan.

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri?  Cenderungkah mengkustakan, menajiskan, mengucilkan, mengharamkan, mengkofar-kafirkan, merendahkan martabat liyan? Sungguhkah Allah menghendaki liyan sebagai najis, haram, kafir, babi, anjing  kusta bagi lainnya? Maukah se-roh dengan Yesus memanusiakan manusia kusta, merangkul, menyembuhkan, memulihkan, mengulurkan tangan kepada siapapun yang dikucilkan, diasingkan, dibuang, ditolak karena perbedaan ipoleksosbudag?

Yang memanusiakan manusia, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, dan jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Kembali pulihnya kemanusiaan si kusta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun