Bacaan, Sabtu  17 April 2021  Yesus berjalan di atas air  (Yoh 6 : 16 - 21)
Yoh 6:16 Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu 17 dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, 18 sedang laut bergelora karena angin kencang. 19 Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. 20 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" 21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.
Renungan
Adalah seorang istri minta cerai. Ia nekat tinggalkan rumah, suami, dan ke dua anaknya. Ia pergi dengan lelaki lain,  bujangan yang lebih muda usianya. Tinggal di rumah kontrakan, hampir dua tahun hidup bersama tanpa nikah. Habis manis sepah dibuang. Sang bujangan  minggat melarikan mobil kreditan yang masih harus ditanggung angsurannya untuk tiga tahun kedepan. Eeh perempuan ini tidak jera juga. Kini gandrung lagi dengan suami orang yang tidak jelas identitasnya.
Rupanya perahu kehidupan perempuan ini berada dalam lautan yang bergelora terkena prahara, di tengah kegelapan malam. Bahkan melebihi krisis para murid-Nya, seperti dikisahkan dalam perikope bacaan Injil hari ini. Â Yohanes, penulis Injil menarasikan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, naik ke perahu menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap, laut bergelora karena angin kencang Yesus belum juga datang mendapatkan mereka.
Menarik membandingkan sikap murid-murid-Nya dengan sikap perempuan itu saat menghadapi krisis kehidupan, ketika bahtera kehidupannya tertimpa badai dan topan. Dengan mencermati narasi Injil ini ditemukan semacam kunci solusi, untuk keluar dari situasi krisis dengan selamat. Yohanes menarasikan "sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu". Tersurat  kata kunci dalam narasi ini sebagi prinsip pembuka solusi yaitu  "MELIHAT YESUS" Selanjutnta Yohanes menarasikan "Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!". Mencermati narasi ini, sekalipun tidak tersurat, namun tersirat kata "MENDENGAR YESUS!" Saat mereka ketakutan, Yesus berkata "Aku ini jangan takut!"  Mereka mendengarkan sabda Yesus. Dua prinsip, MELIHAT DAN MENDENGAR YESUS menjadi kunci solusi saat para murid-Nya menghadapi krisis. Prinsip ini menggerakkan  mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui. Sukacita akhirnya.
Beda nian dengan sikap perempuan itu. Banyak lelaki perempuan yang merindukan punya suami/istri, punya rumah, punya mobil dan punya anak. Perempuan itu sudah mendapatkannya. Sudah mapan hidup bersama belasan tahun dengan suami dan kedua anaknya. Tinggal di rumah sendiri, plus punya mobil. Nalar warasnya tak lagi digunakan. Melihat rumput tetangga lebih hijau nampaknya Eh eh malah cari kumbang muda yang merampok miliknya, bahkan kini harus menanggung kehidupan kambing tua. Sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Saat krisis memang merupakan saat yang menentukan di dalam kehidupan. Keadaan yang genting, kemelut dan suram. Ketika situasi menjadi berbahaya dan keputusan harus segera diambil, keliru dan tidak bijak dalam mengambil keputusan, penderitaanlah yang dipetiknya. Prinsip lihat dan dengarkanlah Tuhan Allah, lihat dan dengarkanlah Yesus  menjadi  inspirasi solusinya.
Bagaimana konkretnya prinsip melihat dan mendengarkan Yesus ini diterapkan?  Aroma krisis kiranya berpadanan dengan istilah-isitilah terkait fungsi mata. Saat krisis bagaikan saat malam, gelap, merem, buta, tak nampak, tidak jelas, samar-samar, dapat salah pilih, keliru langkah, ngawur, tak tahu arah, bisa nabrak-nabrak, sadari bahaya, terancam, ringkih, rapuh dan laut bergelora, angin kencang menerpa perahu dapat tenggelam, mati. Di dalam saat kritis terkandung semacam kuasa jahat,  perusak, pemecah belah, kekuatan  mencelakakan, menjatuhkan ke lembah kehinaan dan mematikan. Si perempuan itu telah mengalami jatuh kelembah kehinaan.
Pada saat seperti ini lihat dan dengarkanlah Yesus, Tuhan Allah. Secara mudah Yesus Tuhan Allah adalah Sang Keabadian, Kebaikan, Kebenaran, Kehidupan, Keindahan, Terang, Masa Depan. Saat krisis lihatlah sisi-sisi itu semua. Ibarat naik kendaraan bermotor di malam hari jalan berkelok dan banyak tikungan perhatikan penggunaan lampunya. Kapan lampu jarak pendek, kapan lampu jarak jauh difungsikan, sehingga arah ke depan jelasdan aman. Dengarlah suara-suara keluarga, kerabat handai taulan, teman dan sahabat, yang sedkit banyak pastilah mengandung suara Sang Keabadian, Kebaikan, Kebenaran, Kehidupan, Keindahan, Terang, Masa Depan. Tuhan memakai mereka semua sebagai alat pengeras suara-Nya. Â Terlebih timbalah suara-Nya lewat Kitab Suci, dokumentasi tertulis firman-Nya. Muird-murid Yesus telah mengalaminya. Mereka melihat dan mendengar-Nya: "Aku ini, jangan takut!" Mereka seakan mencicipi Paskah, kemuliaan Tuhan, sebelum paskah. Sementara si perempuan itu, jatuh terjerembab dalam lembah kehinaan. Tragis!
Sadarkah bahwa krisis diri, dapat mengangkat ke-mulia-an namun juga bisa memerosotkan ke lembah kehinaan? Sudahkah saat krisis diri, menerapkan prinsip lihat dan dengarkan DIA?  "Aku ini, jangan takut!",  Suara Sang Keabadian! Yang melihat dan mendengarkan DIA, pasti hidup penuh syukur  sukacita  semangat, jadi berkat,  Ini  misteri. Melihat dan mendengarkan DIA!