Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dalam Yesus, Allah Mengejawantah!

17 Maret 2021   11:57 Diperbarui: 17 Maret 2021   12:10 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Rabu,17 Maret 2021 Kesaksian Yesus tentang diri-Nya (Yohanes 5:17 -30)

Yoh 5 :17 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." 18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah 19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak 20Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran.

21Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. 22Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, 23supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.

24Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.25Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.

26Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.27Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia.28Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, 29dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.30Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.

Renungan

Tiga tahun menikah, saya belum punya anak. Selama tiga tahun itu saya pelihara ayam dan anjing. Tiap hari, pagi, siang, sore bahkan sampai malam pun saya berelasi dengan mereka. Saya kasih nama mereka. Ada si Ireng untuk ayam yang berwarna hitam,si Putih, si Blorok dan si Coklat. Begitu saya kelihatan, hadir di kebun belakang rumah,tempat ayam-ayam berada, segera dan pastilah mereka lari menemui dan mendekat. Saya kasih makan minum, saya pegang saya elus-elus. Mereka menjadi jinak. Demikian pula dengan si Bento, nama anjing saya. 

Si Bento ini saya mandikan, saya sabuni, keramasi dan handuki. Bahkan kerap saya bopong dan  ciumi. Dimana saya berada,di situ si Bento berada. Ada relasi pribadi, hubungan batin yang terjalin. Akrab, intim dan mesra. Setiap pagi berangkat kerja, Si Bento lari-lari menghantar sampai pintu gerbang masuk  desa. Nanti saat siang hari waktu pulang, si Bento segera dan pasti berlari begitu mendengar suara khas sepeda motor saya. "Kami saling mengenal dan mengasihi". Relasi saya dengan Bento tetap tidak dapat seutuh, penuh, menyeluruh, dan total.  Ada jarak, jurang pemisah menganga tak terjembatani. Saya manusia, Bento binatang. Tidak selevel, semartabat, sehakekat. Jika menghendaki terjadinya relasi secara total, sempurna, idealnya saya mesti masuk ke dunia Bento, dunia anjing. 

Saya mesti jadi anjing, jadi sesama Bento. Dengan menganjingkan diri, saya memerosotkan diri serendah-rendahnya, menanggalkan, meninggalkan dan mengosongkan kemanusiaan. Realitanya hal demikian tidak dapat dan tidak mungkin terjadi. Saya tidak mahakuasa. Saya bukan Tuhan. Namun jika mau berandai-andai,saja, mari lanjutkan. Saya  mahakuasa. Saya dapat menjadi apa saja. Misalnya jadi buku, maka dapatlah disebut nuzulul buku. Saya turun jadi buku. Meski dapat jadi buku,  saya tidakmemilih jadi buku. 

Demi relasi kasih yang total, saya putuskan memilih jadi anjing alias menganjingkan diri. Dengan penuh ke-maha kuasa-an, saya memilih Madam, seekor anjing betina yang masih gadis, untuk sementara waktu tinggal di rahimnya. Maka terjadilah nuzulul anjing. Saya turun jadi anjing. Madam, anjing betina yang perawan, mengandung saya, Tuan Dady, manusia. 

Tiba saatnya Madam melahirkan. Si kirik, anak anjing, anak Madam diberi nama Budi. Kelirukah jika dikatakan bahwa Budi,si Kirik ini tidak dapat tidak sehakekat, semartabat dengan Tuan Dady, manusia? Salahkah. Budi,si Kirik ini yang berasal dari Tuan Dady, jika menyebut diri Anak Tuan Dady, Anak Manusia, sekaligus  anak Madam, anjing betina, ibu sekaligus perawan yang tak ternoda? Apa yang terjadi jika kepada sesama anjing lainnya, si Kirik Budi memanggil si Manusia Tuan Dady  dengan sebutan Bapa?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun