Mohon tunggu...
Syamsumarlin  B
Syamsumarlin B Mohon Tunggu... Guru - Menebar salam, cinta kedamaian

Pangbaluk

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KH. Djamaluddin Amien: Rektor 3 Periode Tanpa Gelar Akademik

25 Februari 2021   20:50 Diperbarui: 26 Februari 2021   05:15 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu waktu beliau hendak dilantik menjadi rektor oleh seorang Prof. Perempuan;  teman seperjuangannya pas masih mondok, meskipun yang akan dilantik secara gelar akademik tidak punya, sebab ia tak selesai di bangku kuliah;  alasannya adalah "prinsip hidup".

Prof. : dengan gaya khasnya _" Saya sudah katakan dari dulu, kenapa nggak sarjana? skripsinya dirampungkan!, sekarang anda akan menjadi rektor,  mau mencetak sarjana kan?  Bagaimana mungkin seorang tidak-sarjana hendak mencetak sarjana?"_

Pak Yai: dengan khas yg santai tapi menusuk _"Mm sekarang saya mau tanya,  memangnya yg mencetak sarjana pertama adalah seorang sarjana?"_

Prof. : ¥¥%&*!?

Beliaulah KH. Djamaluddin Amien,  sang Anregurutta (Maha Guru),  seorang 'alim yg disegani karena kewibawaan,  kebijaksanaan dan keluasan ilmunya. Pernah tiga periode menjadi rektor sekaligus tiga periode menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel (15 tahun). 

Dari beliaulah kami belajar tentang hidup.  Yah tentang hidup,  meskipun bergelimangan harta,  anaknya seorang pimpinan DPR, Wakil Rektor, Dosen serta Pengusaha tetapi hidupnya penuh kesederhanaan. Hidup ditengah kota dengan tetap beternak kambing hingga masih membuka "warung serba ada" dirumahnya. 

Meskipun beliau seorang tokoh, anaknya juga seorang publik figur, tetapi sering beliau sendiri yang melayani jika kerumahnya membeli keperluan dapur. Ada yang berbeda dari kebanyakan penjual yakni beliau menjual sembari membaca kitab kuning hingga kitab putih,  sesekali menyetel channel TV berbahasa Arab atau Inggris sekaligus. 

Setiap malam Jum'at dirumah beliau dekat kandang kambingnya ada kajian rutin tafsir yang beliau ampuh, diikuti dari kalangan terbatas,  hanya dosen-dosen Unismuh dan orang orang terdekat beliau. Alhamdulillah kami termasuk didalamnya. Selesai pengajian kita disuguhkan dengan berbagai macam makanan khas buatan istrinya sendiri.  Hal ini berbeda dari pengajian yg biasa kami ikuti,  sudah diberi ilmu plus makanan pula. 

Dihari Jum'at pagi dan hari Ahad saya dan beberapa kawan menambah jadwal "ngaji" secara khusus dirumahnya, lagi-lagi setiap hendak pulang pasti kita disuguhkan makanan,  entah itu makanan buatan istrinya atau roti dari jualannya sendiri.  Dalam hati membatin, "wah surga bagi kami golongan mahasiswa kos kosan/asrama,  mengurangi beban bulanan dapur".

Orang-orang sering memanggil beliau dengan sebutan Kyai, meskipun di zaman itu penyematan Kyai tidak identik dengan organisasi yang dipimpinnya. Sesekali juga dipanggil Anregurutta;  dalam tradisi Sulsel sebagai orang yang dianggap ahli dalam agama. 

Tidak hanya dikenal sebagai seorang ulama, beliau juga dianggap mumpuni dalam hal politik kebangsaan, kerap jika seorang hendak mencalonkan diri sebagai anggota DPR, Kepala Daerah hingga Gubernur pasti mereka sowan dulu ke Anregurutta Djamaluddin Amien,  sebab petuah-petuah politiknya dianggap manjur,  selain karena beliau seorang tokoh juga memiliki basis massa yang jelas dan fanatik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun