Mohon tunggu...
batara tobing
batara tobing Mohon Tunggu... Akuntan - Memperluas dan berbagi wawasan

Purna bhakti ASN

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gorengan Tempe Setipis Kartu ATM

18 Februari 2022   21:55 Diperbarui: 18 Februari 2022   22:03 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Masih ingatkah ultimatum Presiden Jokowi kepada Menteri Pertanian saat awal awal pembetukan kabinet yang lalu?, kata beliau; ..awas, jika dalam tempo tiga tahun Indonesia tidak mencapai target swasembada Pajale, maka menteri pertanian akan dicopot..

Pajale gak ada kaitannya dengan ikan lele yang swasembada otomatis dari kreativitas ekonomi masyarakat untuk berproduksi lele, melainkan tiga komoditas pertanian prioritas yang menjadi target produksi pertanian untuk mencapai swasembada di era kedua pemerintahan Presiden Jokowi, yaitu komoditi padi, jagung dan kedele (Pajale).

Untuk upaya peningkatan produktivitas pajale ini, pemerintah melalui Kemeterian Pertanian melakukan kebijakan  program UPSUS PAJALE (Upaya Khusus Padi, Jagung, Kedele).

Seperti biasanya kebijakan dan program, tentu kebijakan program UPSUS PAJALE ini berimplikasi kucuran dana dari anggaran APBN yang tidak sedikit, yang dikhususkan untuk para penanggung jawab dan pelaku yang diberi amanah untuk  meningkatkan produktivitas pertanian prioritas pajale..

Apa khabar Upsus Pajale ini..?, dengan duit negara yang dikucurkan melalui kementan, sudahkah sesuai capaian target produktivitas pajale secara signifikan?. Selama ini belum terdengar gaung pelaksanaannya secara luas, apakah sudah mencapai target atau malah kucuran anggaran untuk program yang sia sia?.., atau sudah terlupakankah..?. 

Sayang sekali BPK sama sekali tidak melakukan audit khusus atau evaluasi untuk menilai capaian kinerja yang menghabiskan anggaran negara ini secara khusus untuk program UPSUS PAJALE selama beberapa tahun terakhir.


Bagi masyarakat awam, komoditi kedele sebagai bahan baku tempe dan tahu yang menjadi trending topik dari tahun ke tahun bisa menjadi salah satu parameter keberhasilan swasembada pajale. 

Tidak perlu pusing pusing mencari data produktivitas pertanian kedele dari BPS, cukup simak pemberitaan media massa akhir akhir ini tentang beberapa produsen tempe yang gulung tikar akibat mahalnya kedele sebagai bahan baku tempe, sebagai bahan makanan pokok tradisional bagi sebagian besar penduduk di Indonesia dan menjadi kuliner khas negeri kita ini.

Bayangkan saja kedele untuk bahan baku tempe dan tahu makanan tradisional mulai rakyat kecil sampai orang kaya di Indonesia ini sangat tergantung pada pasokan kedele dari Amerika Serikat, harus di impor dalam jumlah besar. 

Bila pasokan dari impor macet, maka macet pula lah produksi tahu dan tempe yang dirindukan dan sebagai kebutuhan pokok makanan sebagian besar rakyat Indonesia.

Tidak mampukah Indonesia memasok sendiri kebutuhan kedele dari hasil pertanian di negeri agraris gemah ripah loh jinawi ini?. Fakta membuktikan bahwa dari tahun ke tahun Indonesia tetap tergantung pada impor kedele dalam jumlah besar dan signifikan yang menjadi risiko strategis ketahanan pangan bagi bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun