Mohon tunggu...
Basuni ahmad
Basuni ahmad Mohon Tunggu... Guru - penulis buku Aktualisasi pemikiran pluralisme KH. Abdurrahman Wahid

Merenda kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kehidupan Islami dalam Konteks Pendidikan

29 Juni 2019   08:29 Diperbarui: 29 Juni 2019   08:42 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
doc.foto id.rbth.com

Tahun 2010 guru besar politik  Universitas George Washington AS, Hossein Askari, melakukan studi terhadap 208 negara, untuk mengetahui penerapan nilai-nilai Islam di berbagai negara.

Hasilnya, tidak satu pun negara Islam menduduki peringkat 25 besar. Irlandia, Denmark, Luxsemburg, dan Selandia Baru berada di peringkat lima besar negara paling Islami di dunia.

Indikator yang dijadikan parameter lebih kepada Islam substansi terutama menyangkut kehidupan sosial yaitu, aman, sejahtera, dan bahagia.
dengan ketiga indikator tersebut ternyata negara-negara yang menerapkan syariat Islam tak otomatis menjadi kota paling Islami.

Mungkin akan lain jika Indikator yang dijadikan adalah ketaatan melaksanakan salat lima waktu, menggunakan busana Islam, jumlah jama'ah ibadah haji dan jumlah Masjid.
tentu hasilnya akan lain.

Tetapi, keislaman yang terukur sesunggunya yang terealisasikan dalam kehidupan riil, kenyataan sosial kemasyarakatan, bukan kesalehan pribadi sehingga abai pada kesalehan sosial.

Esensi salat dalam al-Qur'an adalah terhindar dari tindakan tercela dan kemunkaran, bagaimana masuk kriteria Islami jika pada suatu kota atau negara masih tinggi tindak kriminalitas, dan intoleransinya.

Kehidupan Islami jika dikaitakan dengan pendidikan sesungguhnya sangat bertalian erat. Ini bisa dilihat dari muatan kurikulum K13, yang terhimpun dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Pendidikan keagamaan hendaknya diajarkan tuntas tidak hanya sebatas pengetahuan faktual, tetapi harus sampai pada  konseptual, prosedural, dan metakognitif. Karena, bagaimana seorang muslim bisa islami jika pengetahuan sebatas faktual.

Contoh pengetahuan faktual baru sebatas  tahu secara fakta, misalnya baru tahu salat hanya sebatas itu. belum tahu pengertian solat, apalagi syarat-syarat salat. Pengetahuan tahap berikutnya adalah pengetahuan konseptual dalam dimensi ini seorang muslim tidak hanya tahu solat tetapi sudah mengetahui konsepsi salat. 

Dimensi berikutnya adalah pengetahuan prosedural jika sudah pada ranah ini seorang muslim sudah mengetahui tidak hanya salat, pengertian salat, melainkan mengetahuai dasar kewajiban salat, tahu syarat dan rukun salat.

Dimensi tertinggi dalam pengetahuan adalah metakognitif, jika sudah sampai pada dimensi ini seorang muslim mengetahuai pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dikembangkan dengan istilah metakognitif, dalam pengetahuan metakognitif seorang muslim sudah mengetahui sebab akibat tidak melakukan salat, tidak hanya menganalisis rukun dan syarat sah salat, tetapi mengetahui hikmah dari perbuatan salat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun