Mohon tunggu...
Basuki Tri Andayani
Basuki Tri Andayani Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi Komunikasi

Penulis memperoleh sertifikat BNSP kategori Expert Public Relations (2015) dan Executive Public Relations (2021), serta mendapatkan penghargaan Best Presenter PR Indonesia Award (2021) dan Tokoh Pemimpin PR Berpengaruh Kategori Korporasi (2021) versi majalah PR Indonesia, maupun Tokoh PR Berpengaruh MAW Talks Award (2021)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Amanah

28 Januari 2022   12:00 Diperbarui: 28 Januari 2022   12:01 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Anakku Raden Sahid, jika kamu sungguh-sungguh ingin menjadi orang yang benar, jagalah tongkat bambu kuning ini. Jangan pernah beranjak meskipun hanya sejenak. Aku akan kembali suatu saat nanti, untuk mengambil tongkat yang aku titipkan," kata ulama sepuh itu.

"Baik kanjeng Sunan Bonang, titah Panjenengan saya taati. Mohon doa restu, semoga saya mampu menjaga amanah ini," jawab Raden Sahid dengan penuh takzim.

"Setelah aku pergi nanti, akan ada banyak godaan yang bakal mengganggu kekhusukanmu. Jangan goyah, tetap istikomah. Jika kamu tak mampu, serahkanlah kepada sang pemilik kehidupan. Sesungguhnya tidak ada daya yang maha perkasa, kecuali kekuatan Allah SWT. Lahaula walaquwata illa billah...."

"Insya Allah kanjeng sunan....."

Dalam sekejap mata, lelaki berwajah teduh itupun menjauh. Tinggal Raden Sahid seorang diri, menjaga titipan sang Resi dengan sepenuh hati.

Ia tak pernah bertanya seberapa pentingkah tongkat itu, sampai harus dijaga sepanjang waktu, mempertaruhkan nyawa, bertahan dari panas, hujan, dan serangan serangga maupun kutu. Juga jin, dedemit dan hantu blau.

Hingga suatu saat kanjeng Sunan Bonang kembali. Dilihatnya Raden Sahid masih duduk dengan tawadhuk. Ia masih berada di tempat sama seperti ketika ia meninggalkannya. Matanya terpejam. Bajunya lusuh penuh debu.

"Sahid, buka matamu. Tugasmu telah selesai. Sejak saat ini dan sampai nanti, orang-orang di Nusantara akan mengenalmu dengan nama.... Sunan Kalijaga!"

Satu persatu air bening Raden Sahid bergulir, meleleh di ujung mata. Dalam keharuan ia berkata, "Terima kasih guru..."

"Bersihkan tubuh dan jiwamu, sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang menyucikan diri. Di dunia ini tidak ada orang yang tidak berdosa, namun sebaik-baiknya orang berdosa adalah mereka yang bartaubat kepada Tuhan yang Maha Pengampun," kata Sunan Bonang sambil membimbing Raden Sahid menuruni batu terbesar tempat duduk di tepi kali itu.

Jika Raden Sahid begitu teguh menjaga sebatang tongkat bambu, bagaimana dengan kita saat diberikan kepercayaan menjaga hutan, harta dan uang rakyat, serta kekuasaan untuk menyejahterakan umat?

Kalimangu, Ahad Kliwon 9 Januari 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun