Mohon tunggu...
Bass Elang
Bass Elang Mohon Tunggu... Seniman -

Dan pada akhirnya senja berubah menjadi malam yang gelap. Tak ada yang berkesan kecuali wajah manismu yang melintas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Suara Hati yang Padam

13 Februari 2018   21:46 Diperbarui: 15 Februari 2018   12:25 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: http://www.maitreyavoice.com/hakim-yang-paling-adil/

Salah satu penyebab kecenderungan di era modern ini. Generasi dengan kecanduan teknologi, acapkali melemahkan komunikasi di lingkungannya. Hal ini dapat kita temukan saat mereka berkumpul bareng teman-teman sepermainannya. Masing-masing diantara mereka sibuk menggunakan HP. Meski berkumpul bersama namun sedikit sekali ada komunikasi di antara mereka. Entah itu mereka sedang chatan, balas sms, atau bahkan sekedar main game.

Budaya standby di depan monitor HP telah membuat generasi menjadi lemah komunikasi. Yang kemudian mereka menjadi sibuk lalu berdiam diri dan asyik di kamarnya dengan HP.

Lemahnya komunikasi nyatanya telah membawa mereka pada emosi yang negatif. Anak-anak zaman now mudah marah-marah, sulit diatur, dan keras hati, gampang tersinggung, bahkan merasa selalu benar. Oleh karena itu kecerdasan emosional perlu di didik kepada mereka. 


Selain kecerdasan emosional kiranya di kombinasikan juga dengan kecerdasan spiritual; melakukan eksplorasi untuk mempertajam pendengaran agar mudah mendengar suara hatinya. Padamnya suara hati telah membuat anak-anak sulit menangkap perintah-perintah suara hatinya. Yang lalu membuat mereka kehilangan moral.

Moral adalah suara hati dari bagian hati ke dua yang akan memerintah seseorang; memerintah untuk melakukan hal-hal yang baik dan melarang hal-hal yang buruk. Ada dua hal kinerja moral. Yaitu diantaranya; Do It And Don't Do That.

Do It akan memerintah seseorang untuk melakukan hal-hal yang baik, sedangkan Don't Do That bekerja melarang seseorang untuk melakukan hal-hal yang buruk. Namun moral tidak bisa berfungsi jika mata hati (bagian hati yang paling dangkal) tidak dapat mentransfer pengetahuannya. Inilah yang membuat mereka kehilangan moral.

Robert K Cooper PhD, mengutip sebagian kata-kata Robert Frost: "Apa yang mereka tinggalkan di belakang dan acapkali mereka lupakan adalah aspek yang di sebut oleh Robert Frost sebagai aspek 'hati'."

Hati adalah hal yang bertolak belakang dengan pendidikan formal saat ini yang hanya mengedepankan kecerdasan otak saja. Maka kecerdasan emosional dan spiritual sudah seharusnya menjadi bagiannya orang tua terhadap anak-anaknya.

Kecerdasan pikiran saja tidak cukup, karena pikiran ada batasnya. Pengetahuan memang perlu tetapi ada yang lebih penting dari itu. Generasi harus mampu bersosial di lingkungannya dan memperkaya perasaannya. Lebih lagi generasi harus mampu menangkap intuisi-nya. Sebagaimana kata Albert Einstein: "intuisi lebih penting daripada pengetahuan." Hal ini di perkuat oleh pernyataan Lyle Spencer Jr: "Ilmu-ilmu itu hanyalah kemampuan di ambang kecakapan; Anda memerlukannya untuk masuk ke suatu bidang tetapi tidak menjadikan Anda seorang bintang. Kecerdasan emosilah yang sesungguhnya lebih berperan untuk menghasilkan kinerja yang cemerlang."

Dan salah satu penyebab orang-orang yang suka tukaran dengan tetangganya, dan anak-anak muda yang berantem dengan temannya adalah lemahnya komunikasi dan rendahnya kecerdasan emosional diantara mereka. Oleh sebab itu nyalahkan suara hati mereka dari kepadaman. Agar melahirkan generasi yang bermoral, dan mempunyai kekayaan emosional.

Penulis: Bass Elang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun