Mohon tunggu...
Bass Elang
Bass Elang Mohon Tunggu... Seniman -

Dan pada akhirnya senja berubah menjadi malam yang gelap. Tak ada yang berkesan kecuali wajah manismu yang melintas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Itu Seperti Naik Sepeda

11 Februari 2018   17:43 Diperbarui: 11 Februari 2018   19:24 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: https://www.google.co.id/search?q=naik+sepeda+senja&client=ucweb-b&channel=sb&biw=320&bih=410&tbm=isch&oq=naik+sepeda+senja&gs_l=mobile-heirloom-serp.12.6414.8149.0.8604.6.6.0.0.0.0.219.1044.0j4j2.6.0.0.1c.1.34.mobile-heirloom-serp.4.2.249.qvLo8CC87J0#mhpiv=5&spf=1518351489904

Ketika kondisi menghambati dedikasi yang hebat gerak laju pemikirannya pun lambat. Meski biasanya semangat, menjadi lemah seperti tanpa urat. Diamkah atau Majukah?

Semangat begitu di butuhkan untuk bergerak maju ketika kepribadian sudah mulai melemah. Carilah sesuatu yang mampu membangun semangat agar "terurat".

.........................................................................

Disaat medan gerak mulai menyempit. Intensifitas begitu di butuhkan untuk memperluaskannya. Sebagaimana yang dikatakan Wahid Hasyim:

"Ketika sedikit kepunyaan seseorang, sedikit pula kebanggaannya. Medan geraknya menyempit. Meski biasanya teguh! Tapi kemantabannya hilang. Majukah atau mundurkah yang terbaik," Wahid Hasyim, seorang menteri agama pertama, dan salah satu pahlawan nasional Indonesia: di kutip from NUO.

.........................................................................

Kadang kita hanya diam atau karena gelisah lalu bingung mau melakukan apa disaat keadaan kita di posisi keluhan yang sangat serius. Seperti di saat kita sedang di pojokan oleh sebuah masalah. Katakanlah musibah atau semacamnya.

"Gelisah adalah dasar pijakan kreasi," Sujiwo Tedjo

............................................................................

Seseorang yang dalam keadaan terpuruk, cenderung menyesali apa yang sudah terjadi: membuatnya seperti kehabisan akal. Padahal, masih ada Pita Emas yang menjajikan.

Konsekuensi hidup pasti ada. Sebagaimana ketentuan musibah yang mutlak dari yang Maha Kuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun